Jadi, janganlah menganggap bahwa jika Felix Tani tidak menang sesuai dengan ramalanku, maka itu adalah pertaruhan reputasi yang memerlukan bantuan jimat. Anarkisme adalah sebuah cara untuk tepat untuk mengekspresikan hal ini.
Dikutip dari Wikipedia, anarkisme adalah "filsafat politik yang menganjurkan masyarakat tanpa negara atau sering didefinisikan sebagai lembaga sukarela yang mengatur diri sendiri,"Â alias "mau-mau gue lah."
Kembali meminjam konsep "antithesis dari keilmuan."Â Artinya jika Felix Tani kalah, maka itu adalah anarkisme. Jika Felix Tani menang, maka itu adalah anarkisme juga. Sebabnya? Karena ramalan Numerologiku adalah konsep filsafat.
Sudahlah, tidak usah membela diri. Yang pasti jantungku sedang berdegup kencang. Namun bukan karena hasil ramalan, tetapi hanya penasaran siapakah yang akan memenangkan jawara Kompasiana Awards 2020 Best in Opinion.
Jika Romo Bobby juara, maka ternyata warga Kompasiana senang dengan tulisan putih yang romantis. Dijamin semakin banyak Ozy-ozy Jomblo yang akan segera naik ke pelaminan.  Jika Felix Tani menang, maka memang sudah saatnya warga Kompasiana mendambakan tulisan gelap berbau anarkisme. Tunggulah kehadiran Tante-tante Virus baru di permukaan bumi.
Namun jika Agung Webe, Yupiter Gulo, atau Jose Hasibuan yang menang, maka di sinilah saatnya dunia Kompasiana tidak dikuasai oleh si hitam atau si putih. Damai rasanya.
Akhir kata, tidak ada yang tidak bisa dipelajari dari seorang guru. Guido menyebutkan sebuah kalimat inspiratif, "mencontohkan filosofi berbasis natural adalah memulihkan alam dari kerusakan yang ditimbulkan oleh pengetahuan dan kegiatan manusia hingga memulihkan kembali relasi yang baik antara manusia dengan Tuhan."
Menurut saya pribadi, ini adalah sebuah kutipan yang sangat inspiratif dari otak penggagas Kenthirisme. Bukankah memang alam dan manusia seharusnya hidup berdampingan secara damai? Tidak perlu dibahas lagi, takut kuwalat saya sama guruku.
Selamat Hari Guru 2020, bagi seluruh pejuang tanpa tanda jasa
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS