Oke, stop sampai di sini. Romo Bobby guruku yang putih tidak perlu dibahas lagi. Siapapun bisa berguru padanya, jika ingin menjadi penulis "putih"Â yang baik.
Namun rasa penasaran terhadap guruku yang hitam, tak akan lekang oleh waktu. Lagipula, bukankah ilmu hitam lebih menarik dari ilmu putih? Ternyata permirsah, seperti kata pepatah, tak ada gading yang tak retak.
Sebuah tulisan dari Guido Reba telah membongkar "kemaluan" Felix Tani. Malu karena ternyata, ia tak lain hanyalah seorang manusia biasa yang tak memiliki mantra "Kuntilanak Anulaki", seperti yang kupikirkan.
Baca juga: Menyigi Gagasan Prof Felix Tani Seputar Pertanian Natural HoltikulturaÂ
Perihalnya, si Guido malang ini terjebak dalam undangan yang diberikan oleh Prof. Tani, yaitu Webinar KTNA Pertanian Natural Holtikultura via aplikasi Zoom, Rabu 19.08.2020. Si Guido yang sepertinya sudah kena pelet mengatakan bahwa "suasana webinar ini lebih hidup dengan kehadiran salah satu pemateri, Kompasiner Kenthir, Prof. Felix Tani."
Aku emoh berkomentar di sini, karena ini adalah pernyataan pribadi dari Guido Reba, tentang kekagumannya terhadap kenthirisme. Apakah itu yang menyebabkan dirinya sering berganti-ganti nama, atau hanyalah upaya sederhana untuk membingungkan hitungan Numerolog, aku tak tahu.
"Subjektif merupakan ciri anarkisme," ini adalah kalimat dari Reba, eh... Gui, eh... Guido. Â Â
"Menarik, ketika dalam mengawali pemaparan materinya, beliau mengawinkan konsep pertanian ekologis (tani alami) dengan filsafat." Aku kutip lagi dari tulisan si dia dengan banyak nama.
Nah, jika pembaca jeli, bukannya ini adalah dua dengan konsep antihesis dari sebuah keilmuan?
Filosofi jelas adalah hal yang subyektif. Dengan demikian, maka konsep filosofi tani adalah sebuah anarkisme. Oleh sebab itu, wajarlah jika ramalan numerologi-ku yang berdasarkan filsafat juga adalah sebuah anarkisme, bukan?