Hanya saja kata tersebut tidak bisa lagi keluar dari mulutku yang sudah lama membeku. Engkau tak akan pernah mendengarkannya, Stepha!
Perasaan terdayuh, melihat dirimu kini sedang berdua dengan Iwan Kampungan. Lelaki pengangguran yang penuh teori kemustahilan. Aku tak mampu lagi menarikmu dalam pelukan, meski hatiku hanya berada sepuluh senti dari arumi-mu.
Aku menahan amarah dari para lokawigna yang datang membisikku. "Iwan sudah meniduri Stepha-mu yang cantik."Â
Ingin kucium bibirnya yang ranum dan membisikkan kata "Laknat!"
"Kamu bodoh..." Mengapa kamu harus menurunkan derajatmu.
Surga dunia bukanlah tempat yang abadi. Istrimu berada di sana, pasrahkanlah diri pada sarayu untuk mengembalikan cinta sejati.
Dengusan nafas di atas daksa, ceceran peluh membanjiri tubuh anak dara. Ingin kurayu sang arjuna dan membisikkan kata "Bangsat!"
Sumpah serapah menjadi kenyataan, Stepha tak sabar lagi menghadapi sang arjuna yang baru saja menyombongkan kejantanannya. Wajah Anindya tak pantas mengisi kisah kasih dalam roman picisan.
"Kamu bodoh... Stepha" Mengapa kamu jatuh cinta pada kebohongan.
Teriakan kemenangan bangsa Romawi tak bergaung nyata. Endi pandir menyebarkan racun anggara dalam gelas pesona.Â
Stepha yang cantik pantas menjadi simpanan. Bukan karena Endi sudah beristri, namun ia takut pada diriku yang kerap menghantuinya.