Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

6 Cara Merawat Pohon Kebajikan agar Tidak Menyalahkan Tuhan

18 September 2020   10:38 Diperbarui: 18 September 2020   10:43 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Merawat Pohon Kebajikan (sumber: edu.rsc.org)

Kemarin siang, saya mendapat telpon dari sebuah bank swasta, "Pak Rudy, rekening ini sudah dorman, apa bapak mau aktifkan kembali? Sebabnya ada uang sejumlah Rp. xxx di dalamnya".

Wow, berkah dari Tuhan! Setahu saya, rekening tersebut memang sudah lama tidak digunakan, tapi kok, bisa ada uang dengan jumlah yang cukup lumayan isinya.

Lain lagi dengan sebuah kunjungan ke rumah. Seorang lelaki berbadan besar, dengan kasar menghardikku, "Pak Rudy, tolong dong kartunya dibayarkan, ini sudah lewat tempo 3 bulan pak, tau diri dong!".

Darah langsung mendidih, emangnya gua tidak tau diri. Setahu saya kartu kredit itu sudah lama tidak kugunakan, tapi kok bisa masih ada tagihan ya? Perasaan tidak enak ini langsung membuatku bertanya, "pagi-pagi sudah kena damprat, malu ama tetangga pula, apa ini hukuman dari Tuhan?"

Usut punya usut, ternyata uang tersebut berasal dari tabungan asuransi yang sudah kulakukan sejak 10 tahun terakhir, dan baru jatuh tempo, sehingga kini bisa ditunaikan. Sementara tagihan kartu kredit yang dimaksud, memang adalah pembelanjaanku via daring, yang memang terlupakan.

Urunglah niatku untuk bertanya kepada Tuhan, mengapa aku mendapat berkah dan hukuman sekaligus. Ternyata uang adalah hasil tabunganku, dan kopi panas dari collector, juga adalah buah dari kelalaianku.

Dalam menyikapi sebuah berkah, kita selalu menghubungkannya sebagai 'hadiah dari langit'. Pun halnya dengan musibah, cara yang termudah adalah menyalahkan 'cobaaNya yang berat'.

Namun apakah betul, semuanya berasal dari Tuhan? Jika iya, maka mengapa kita yang terpilih sebagai selingkuhan? Apakah Tuhan pilih kasih? Jika iya, apa yang sudah kita lakukan? Masih banyak manusia yang berbuat kejam di luar sana.

Atau mengapa justru kita yang memenangkan hadiah utama dari sebuah sayembara? Padahal tetangga sebelah rumah, justru lebih rajin berdoa.

Semuanya adalah rahasia alam yang tidak bisa kita sanggahi. Pokoknya, demikianlah adanya.

Akan tetapi, ada sebuah konsep yang mungkin bisa membuka nalar berlogika, yaitu Pohon Kebajikan.

Marilah kita berasumsi bahwa seluruh berkah adalah kumpulan dari pohon kebajikan yang telah kita tanam.

Adalah sebuah ladang yang subur. Di dalamnya, banyak jenis pohon yang tertanam. Ada pohon kesuksesan, pohon kekayaan, pohon kehormatan, dan pohon-pohon berkah lainnya.

Pada saat sang petani mulai menananam bibit-bibit kebajikan, di saat yang sama, ia juga merawat. Ia tidak pernah menghitung, mengatur, bahkan mengharapkan. Ia hanya berfokus, bagaimana agar pohon-pohon ini dapat tumbuh subur

Jika pohon-pohon ini sudah berbuah, maka ia akan diganjar dengan kekayaan, kehormatan, kesuksesan, jodoh yang baik, dan lain sebagainya.

Hasil yang ia dapatkan dari buah-buah kebajikan ini tidak dapat ditolak, tidak dapat simpan, tidak dapat hilang. Intinya, sang petani hanya akan merasakan manfaat yang datang bertubi-tubi padanya, meskipun jika tidak ia inginkan.  

Sesungguhnya, setiap dari kita telah memiliki lahan yang berasal dari bentukan-bentukan perbuatan masa lampau ditambah dengan kehidupan yang sekarang, yang bisa berbuah kapan saja.

Akan tetapi, kita terkadang lupa untuk merawatnya, bahkan lebih sering mengabaikannya. Akibatnya, pohon tersebut tidak akan pernah tumbuh subur, malahan cenderung mati kering kerontang.

Kita memiliki pohon yang dapat memberikan makanan, namun kita lebih tertarik untuk mencuri hasil dari pohon kekayaan milik orang lain yang sudah panen. Akibatnya, akar pohon yang dirawat pun akan mati tertuang racun hati.

Dengan Demikian, marilah kita merawat pohon kebajikan, dengan 6 cara yang umum digunakan untuk memelihara tanaman.  

Memberi nutrisi dan pupuk.

Pohon kebajikan dapat tumbuh subur, dengan cara memberikan pupuk yang sesuai, yaitu perbuatan-perbuatan baik yang sejenis.

Tidak perlu melakukan perbuatan yang fantastis, hal-hal sederhana, seperti memberikan sedekah kepada fakir miskin, ringan tangan, hingga hanya sekedar tersenyum kepada orang lain, adalah daftar dari pupuk unggulan yang bisa dipertimbangkan.

Hindari Pupuk Kimia.

Pupuk kimia tidak masalah, namun tidak akan memberikan manfaat yang cukup besar bagi kesuburan tanaman. Sikap berbuat kebajikan dengan 'ada maunya' adalah model dari pupuk kimia ini.

Saya ingin menyumbang, tapi harus diliputi media. Saya ingin membantumu, namun harus ada balasannya. Anda mau dibantu?, "wani piro?"

Kuncinya adalah keikhlasan. Tanpa keikhlasan, perbuatan baik hanyalah pupuk kimia yang tidak sehat.

Mengusir hama. 

Sebagaimana tumbuhan lainnya, pohon kebajikan pun sering diserang hama. Namun, hama yang dimaksud, tiada lain berasal dari sikap kita sendiri. Seringkali seseorang yang sudah menikmati buah dari pohon kebajikan, merasa sombong atas pencapaiannya.

Hanya ingin dipuji, marah jika tidak dihormati, merasa tersinggung jika tidak disapa, tidak mau kalah dengan penampilan orang lain, dan lain sebagainya.

Jika sifat ini dipertahankan, maka pohon kebajikan yang sudah tumbuh subur, pada akhirnya akan mati diserang oleh hama nafsu.

Rajin memotong bagian tanaman yang tidak berguna.

Segera potong bagian tanaman yang kering dan mati, agar tidak memengaruhi bagian lain yang masih subur. Jika tidak segera dipotong, bermacam jenis penyakit akan menyebar. 

Terlena dengan kesuksesan, membuat kita cenderung malas memikirkan kepentingan orang lain. Lama kelamaan, ketidakpedulian akan datang menginfeksi, dan mengubah anda menjadi manusia berkarakter buruk.

Membajak lahan yang subur.

Pohon kebajikan akan tumbuh subur jika menempati lahan yang subur. Walaupun demikian, ladang yang subur juga harus dibajak.

Mencari ladang yang subur adalah dengan cara berada pada tempat-tempat yang sehat. Bergaul degan teman-teman yang soleh, adalah cara membajaknya. Hindari tempat dimana anda bisa jatuh dalam godaan.

Menjaga kebersihan di sekitar tanaman.

Menjaga kebersihan sama dengan menjaga hati agar tetap bersih. Disinilah gunanya tempat ibadah. Menjalankan ritual sesuai dengan keyakinan agama masing-masing, dan mendengarkan khutbah yang menyejukkan hati, penting untuk menjaga agar diri tetap bersih.

Sahabat yang budiman,

Marilah kita mulai merawat pohon kebajikan ini dengan selalu bersikap positif. Marilah kita memberikannya pupuk dengan menambah kebajikan-kebajikan baru dalam hidup. Marilah kita menjaga agar buah yang ada padanya, akan tetap tumbuh subur dan menghasilkan.

Meskipun berterima kasih kepada Tuhan tetap yang terbaik, namun janganlah memintanya untuk mengurus dirimu. Semua kemalangan dan nasib buruk yang anda terima, sesungguhnya berasal dari perbuatanmu sendiri.

Tidak ada kata terlambat, kebajikan bisa dimulai dari sekarang dan sekarang!

Semoga Bermanfaat!

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun