Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Benarkah Makan Daging Sapi Lebih Haram daripada "Nge-Bir"?

21 Agustus 2020   19:27 Diperbarui: 9 Juni 2021   10:58 10462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Membunuh nyamuk iya, mencuri mangga tetangga iya, berbohong apalagi, kalau mabuk? Kamu lihat apa yang baru aku lakukan kan?" Aku terdiam sejenak, menunggu daftar hitam terakhir yang akan keluar dari mulut Hendrik.

"Kamu tahu kan, gimana hubunganku ama Evellyn ..." Ujar Hendrik, seolah-olah mampu membaca pikiranku. Aku tidak ingin membahasnya lagi, karena jelas, itu adalah urusan pribadi.

"Jika mau jujur, aku tidak makan sapi bukan karena Tuhan atau agamaku, tapi untuk menghormati ayah-bundaku dan sekaligus menjaga tradisi keluarga kami."

"Bayangkan Rud, gimana rasanya jika sejak kecil, kamu sudah didoktrin bahwa daging sapi tidak boleh, daging sapi haram, makan daging sapi bisa masuk neraka. Mana gak tertanam sampai sekarang."

**

Singkat cerita, setelah berhasil mengantar Hendrik yang pulang dalam keadaan setengah mabuk, aku kembali mengendarai mobil sendirian menuju arah rumahku.

Aku merenung perkataan Hendrik sejenak. Benar juga apa yang ia katakan. Sebuah doktrin yang diterima dengan baik, dengan sempurna telah dilaksanakan.

Baca juga: Mengapa Umat Buddha Tidak Membunuh Nyamuk?

Namun yang mengatakan doktrin tersebut, bukanlah Tuhan yang diagung-agungkan, namun orangtua yang dihormati. Prinsip Hendrik yang jelas bukan orang suci, ternyata mampu melaksanakan ajaran orangtuanya dengan sempurna hingga kini.

Andaikan, orangtua Hendrik melakukan doktrinisasi Pancasila Buddhis kepada Hendrik sedari kecil, apakah ia juga akan melakukan hal yang sama seperti bagaimana ia menolak daging sapi?

Aku berpikir sejenak, apakah aku sudah melakukan hal yang sama mengajar anak-anakku agar dapat menjaga Pancasila Buddhis dengan baik? Ternyata tidak!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun