Sebuah penelitian di tahun 2015 oleh Universitas Nasional Singapura menyimpulkan bahwa selama bulan ini, pembelian perumahan terbukti menurun.
Untuk menolak bala, ritual-ritual khusus, berupa membakar 'Uang-uangan Kertas', memasang lampion merah di rumah, dan bersembahyang di kelenteng umum dilakukan sebagai langkah preventif.
Masyarakat Tionghoa percaya, bilamana ritual tidak dilakukan, maka hantu dari para arwah gentayangan akan mencari jalan untuk mencelakakan yang masih hidup.
Sembahyang Rebutan biasanya ditandai dengan menaruh papan arwah / foto dari leluhur, menyiapkan persembahan aneka makanan, membakar dupa, bagi para keluarga yang sudah meninggal.
Kadang dupa, uang kertas, dan berbagai jenis makanan yang sama juga ditempatkan di sudut-sudut jalan yang dikhususkan bagi para arwah yang sudah tidak memiliki keluarga lagi.
Di beberapa kota di Asia dengan mayoritas suku Tionghoa, seperti di Singapura, Penang-Malaysia, Hong Kong, dan Taiwan, festival ini kadang juga dirayakan secara besar-besaran, sehingga dapat menjadi atraksi turis.
Kadang kita menemukan deretan kursi kosong serta hiburan berupa layar tancap atau pementasan opera china di ruang publik.
Acara yang biasanya berlangsung dari siang hingga menjelang malam hari ini, dipersembahkan bagi arwah leluhur dan para hantu yang bergentayangan pada acara puncak Ulambana ini.