Salah satu syarat utama, selain kecantikan dan tinggi badan, adalah sang gadis haruslah masih perawan. Mereka diwajibkan untuk mengikuti wawancara dan proses pemeriksaan medis.
Hal ini senada dengan pesan Kim Il-Sung, sebagai pendiri bangsa bahwa "berhubungan seks dengan gadis yang masih perawan dapat menyerap energi Ki atau kekuatan hidup seorang gadis."
Penjelasan yang diberikan kepada pihak keluarga yang tidak bisa menolak, adalah menjalankan "misi penting" bagi pemimpin Kim dan negara.
Namun dalam kenyataannya, beberapa dari mereka ditempatkan sebagai pembantu rumah tangga, sekaligus penghibur nafsu syahwat bagi "tuannya."
Gadis-gadis tersebut akan disimpan di rumah-rumah para pemimpin partai dan melakukan apa pun yang diperintahkan.
Kippumjo membagi para gadis menjadi beberapa divisi berbeda. Beberapa memiliki tugas utama sebagai penyanyi dan penari, beberapa lagi dikirim ke luar negeri untuk pelatihan, sementara ada yang ditempatkan pada divisi Manjokjo yang hanya khusus bertugas sebagai pekerja seks.
Pada tahun 2010, pleasure squad sempat dibubarkan ketika Kim Jong-Il meninggal. Hal itu dilakukan oleh Kim Jong-Un yang tidak memercayai siapapun yang berada dalam lingkar kekuasaan ayahnya, termasuk para wanita penghibur. Tidak tertutup kemungkinan, beberapa dari mereka bahkan juga dieksekusi mati bersama "tuannya."
Namun pada tahun 2015, Kim Jong-Un kembali berburu para gadis muda di seluruh pelosok negeri untuk menghidupkan pasukan Kippumjo bentukannya sendiri.
Para gadis dan keluarganya diberi imbalan sekitar 4,000 US dollar dan berbagai peralatan listrik sebagai kompensasi selama pengabdian sebagai gadis pemuas nafsu, hingga mereka berusia 25 tahun.
Bagi warga Korea Utara yang dilanda kemiskinan, jumlah tersebut sangatlah besar, namun masih kurang berharga jika dibandingkan betapa pentingnya menjadi bagian dari kenistaan Kim Jong-Un dan kroni-kroninya.