Diantara semua cerita silat, penulis paling menggemari seri Golok Pembunuh Naga, alias To-Liong-To. Memiliki pasangan Pedang Langit, lengkaplah sudah hasrat imajinasi sewaktu kecil.
Bunda tidak ketinggalan diam, pedang plastik Golok Pembunuh Naga pun menjadi milik penulis, karena kakak ternyata lebih suka dengan Pedang Langit.
Pedang sakti selalu berada dalam benak penulis, apakah memang betul-betul ada, atau hanya skenario film saja agar laris terjual?
Usut-punya usut, setiap sejarah dan legenda pasti menjadikan senjata sakti sebagai salah satu tokoh utama yang menemani sang pendekar sakti mandraguna.
Di bumi Nusantara sendiri, terkisahlah Keris Mpu Gandring yang terkenal dengan riwayat berdirinya Kerajaan Singosari. Keris ini terkenal, bukan hanya karena kualitas dan kesaktiannya, namun juga adanya kutukan yang konon menyertainya.
Dalam kisah, keris tersebut digunakan oleh Ken Arok untuk membunuh pembuatnya, yaitu Mpu Gandring, karena ia tidak mau sang Mpu membuat senjata yang sama untuk kedua kalinya.
Akhirnya, keluarlah kutukan dari sang pembuat Keris, hingga akhirnya dalam perjalannya, Keris ini kemudian terlibat dalam perselisihan pembunuhan elit Kerajaan Singosari, termasuk Tunggul Ametung, Anusapati, Tohpati, Ken Arok sendiri dan beberapa keturunannya.
Namun dalam kenyataan, Keris ini tidak pernah ditemukan, sehingga apakah eksistensinya benar-benar ada, atau hanya merupakan hikayat saja. Masih menjadi misteri hingga saat ini.
Namun tidak demikian dengan Pedang Excalibur, yang merupakan tokoh sentral dalam Legenda King Arthur. Dalam legenda, disebutkan bahwa siapapun yang bisa mencabut Pedang Excalibur yang tertancap pada batu, kelak ia akan menjadi raja Inggris, dan ternyata orang tersebut adalah Raja Arthur.
Menurut hikayat, pedang tersebut adalah milik Santa Galgano, seorang kesatria dari Tuscany yang hidup pada abad ke-12. Disebutkan bahwa Galgano dulunya adalah kesatria bengis yang didatangi oleh Malaikat Michael yang memintanya meninggalkan cara hidup lama.
Galgano menolak dan mengatakan hal tersebut sama sulitnya dengan menancapkan pedang di batu. Ia kemudian membuktikannya dengan menancapkan pedang tersebut pada batu dan ternyata berhasil. Galgano pun bertobat dan meninggalkan pedangnya tertancap hingga kini.
Pedang sakti memang tidak pernah terlepas dari kekuatan gaib yang menyelimutinya, entah karena bumbu-bumbu yang dibuat oleh para moyang, atau besarnya legenda yang meliputinya.
Pedang Nanatsusaya no Tachi.
Namun ternyata, ada juga pedang sakti yang memang benar-benar "sakti" karena kemiripan fakta dan legendanya. Pedang Bercabang Tujuh adalah salah satunya.
Adapun sejarah yang mendukungnya, terdapat pada sebuah prasasti kuno dari tahun 1870-an yang menyebutkan bahwa pedang bercabang 7 itu "diproduksi dengan besi yang ditempa 100 kali."
Model pedangnya yang unik, mungkin lebih sesuai tampil pada prosesi ritual daripada peperangan, ternyata pedang sakti inimemiliki sejarah yang tidak "kecil".
Pedang ini melambangkan hubungan awal antara Jepang dan semenanjung Korea. Dalam naskah kuno disebutkan bahwa pedang ini adalah hadiah pemberian raja Baekje (Korea)Â kepada penguasa Yamamoto (Jepang).
Pun bukti kwalitas pedang sakti juga berada pada sebuah penemuan pedang yang masih tajam dan tidak berkarat, meskipun telah berusia 2500 tahun.
Menurut kepala bagian umum museum Provinsi Hubei, Wan Quan-Wen, nama Goujian didapat pada ukiran aksara kuno di tengah pedang. Goujian adalah salah satu tokoh legendaris di dalam sejarah China, yang juga merupakan Kaisar Yue.
Dalam sejarah juga disebutkan bahwa kerajaan Chu telah meminang putri kerajaan Yue, sehingga pedang tersebut terbawa sebagai hadiah pernikahan bagi Shao Hua dari negara Chu.
Teknologi tinggi menjadi salah satu penyebab mengapa kualitas pedang masih sangat bagus. Arkeolog menjelaskan bahwa pedang tersebut memiliki kandungan tembaga hingga hampir 83% dan timah sebesar 17%. Besi yang merupakan bahan dasar umum sebuah pedang di zamannya, hanya tampak sedikit saja.
Tentunya ruang penyimpanan yang kedap udara dan adanya lumpur putih padat yang melumuri, turut mendukung keawetan, namun tetap saja, pedang ini terbuat dengan kualitas yang sangat tinggi.
Dalam Perang Salib, yang merupakan perang agama terbesar dan terlama di Asia Barat dan Eropa, adalah Pedang Damascus yang dimiliki oleh para prajurit Salahuddin Al Ayyubi, yang terkenal sepanjang masa.
Pedang ini dibuat dari logam Damaskus yang sangat susah dipatahkan dan sangat elastis. Disebutkan bahwa karbon nanotube yang terkandung di dalam besi Damaskus lah yang bertanggung jawab atas kehebatan pedang yang telah membuat gentar para prajurit Crusader di Eropa.
Pedang Zulfigar.
Selain pedang-pedang sakti yang sudah penulis tuliskan diatas, ada pula deretan pedang lainnya yang tidak hanya berhubungan dengan sejarah, namun juga agama.
Pedang Zulfiqar yang terkenal, tertulis pada Al Quran, merupakan pedang yang dimiliki oleh Ali Bin Abi Thalib, kesatria hebat pada masanya. Ali adalah pengikut paling setia Nabi Muhammad SAW dan konon pedang ini adalah merupakan pemberian Rasul.
Perang Parit dan Perang Badar dalam usaha menegakkan agama Islam, konon Ali menggunakan pedang ini. Saat ini beberapa versi beredar mengenai keberadaan pedang misterius ini.
Namun ada yang mengatakan bahwa sosok Iman Al-Mahdi, sang juru selamat lah yang akan memunculkannya nanti dan menggenggamnya nanti.
Kembali kepada Golok Pembuluh Naga, apakah ia benar-benar ada. Jika tidak, maka mengapa sampai sekarang masih terkenal?
Mungkin saja karena pedang, kekuasaan, dan legenda masih merupakan hal yang sulit dilepaskan. Sebagai makna filosofis, pedang bukanlah ancaman, namun justru merupakan pelindung.
Sebagai wajah keadilan, makna kepatuhan terhadap etika, aturan, dan norma hukum yang berlaku, harus lah senantiasa dijunjung tinggi.
Pun dengan Golok Pembunuh Naga penulis yang terbuat dari plastik. Hingga saat ini masih tersimpan dalam lemari, yang mungkin suatu saat akan diwariskan kepada cucu, sebagai warisan dari buyut.
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H