Menurut hikayat, pedang tersebut adalah milik Santa Galgano, seorang kesatria dari Tuscany yang hidup pada abad ke-12. Disebutkan bahwa Galgano dulunya adalah kesatria bengis yang didatangi oleh Malaikat Michael yang memintanya meninggalkan cara hidup lama.
Galgano menolak dan mengatakan hal tersebut sama sulitnya dengan menancapkan pedang di batu. Ia kemudian membuktikannya dengan menancapkan pedang tersebut pada batu dan ternyata berhasil. Galgano pun bertobat dan meninggalkan pedangnya tertancap hingga kini.
Pedang sakti memang tidak pernah terlepas dari kekuatan gaib yang menyelimutinya, entah karena bumbu-bumbu yang dibuat oleh para moyang, atau besarnya legenda yang meliputinya.
Pedang Nanatsusaya no Tachi.
Namun ternyata, ada juga pedang sakti yang memang benar-benar "sakti" karena kemiripan fakta dan legendanya. Pedang Bercabang Tujuh adalah salah satunya.
Adapun sejarah yang mendukungnya, terdapat pada sebuah prasasti kuno dari tahun 1870-an yang menyebutkan bahwa pedang bercabang 7 itu "diproduksi dengan besi yang ditempa 100 kali."
Model pedangnya yang unik, mungkin lebih sesuai tampil pada prosesi ritual daripada peperangan, ternyata pedang sakti inimemiliki sejarah yang tidak "kecil".
Pedang ini melambangkan hubungan awal antara Jepang dan semenanjung Korea. Dalam naskah kuno disebutkan bahwa pedang ini adalah hadiah pemberian raja Baekje (Korea)Â kepada penguasa Yamamoto (Jepang).