Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jika Nama Begitu Harum, Mengapa Kentut Memalukan?

4 Juli 2020   06:16 Diperbarui: 4 Juli 2020   09:02 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemberian nama dalam masyarakat sangat erat dengan pengaruh keluarga dan lingkungannya. Menurut Sunyoto Usman, Professor Sosiologi UGM, perilaku pemberian nama yang unik adalah keinginan untuk melepaskan diri dari akar budaya yang seringkali dianggap ketinggalan zaman.

Sebagai contoh, di Jawa terdapat perbedaan diantara nama keluarga ningrat dan keluarga petani. Nama petani yang digunakan oleh keluarga ningrat seringkali menjadi bahan olok-olokan, sementara petani yang memakai nama ningrat akan dibilang "terlalu berat, hingga bisa mendatangkan malapetaka." 

Nama unik, seperti nama barat atau tokoh idola, kemudian dianggap sebagai gelar baru" yang tidak perlu membedakan kasta dalam masyarakat yang telah berlangsung ribuan tahun.

Jika ada yang masih berpikir bahwa nama adalah doa, maka tentu kita akan memohon agar dihindari dari Saiton yang merupakan nama seorang anak di Palembang, bukan? Atau apakah doa harus segera didengar oleh Tuhan yang merupakan seorang tukang kayu di Banyuwangi?

Di zaman corona, ada saja orangtua yang mengambil ilham dari virus mematikan ini sebagai nama anaknya. Belum lagi nama Pesjati yang diberikan oleh seorang Dr. H.O.S Tjokroaminoto kepada anak yang diselamatkannya pada saat wabah pes melanda pulau Jawa.

Alasan Pemberian Nama Unik.

Apa yang terjadi? Ternyata menurut Jean Twenge, seorang psikolog dari San Diego State University, orangtua saat ini cenderung enggan memberikan nama anak yang biasa-biasa saja. Hal ini dilakukan agar anah-anak mereka lebih menonjol dari yang lainnya.

Sepertinya di zaman milenium ini, doa saja tidak cukup, ia harus terlihat berbeda dengan yang lainnya, agar Tuhan sungguhan (bukan yang di Banyuwangi) melirik doa mereka.

Twenge juga memaparkan dengan semakin bergesernya kebudayaan hidup berkelompok menjadi lebih individualis, pemikiran untuk mencintai diri sendiri dan tidak harus peduli dengan apa kata orang lain, telah menjadi alasan yang kuat atas pemberian nama unik.

Selain itu, menurut Jenn Berman, seorang psikolog klinis dari Beverly Hills, Amerika Serikat, pemberian nama unik kepada anak, karena orangtua memiliki perasaan istimewa dalam dirinya. "Ada perasaan saya istimewa, saya berbeda, dan karena itu anak saya istimewa dan berbeda," ucapnya.

Jelas pergeseran ini menjadi semakin runcing setelah media sosial menjadi aspek terpenting dalam kehidupan bermasyarakat. Nama tidak hanya lagi tercatat di akte, terlintas di dokumen, disebutkan di bangku sekolah, diucapkan pada saat melamar kerja, namun juga harus eksis di media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun