Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ramalan ke-7 Joyoboyo, Polemik 7 Presiden Notonogoro, dan Analisis Numerologi

8 Juni 2020   11:11 Diperbarui: 8 Juni 2020   11:34 28961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
7 Presiden RI. Sumber: zonareferensi.com

Bumi Nusantara memilki sejarah panjang dalam kebudayaan. Para nenek moyang mewariskan berbagai nasehat kehidupan dalam bentuk sejarah, legenda, hikayat, serta karya sastra yang dapat dijadikan prinsip kehidupan bagi para pewaris bangsa.

Demikian pula dengan nasehat spiritual yang berasal dari ramalan seorang Joyoboyo. Beliau adalah seorang raja dari Kerajaan Kediri (1135-1157). Gelar lengkapnya adalah Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Waemeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa.

Selama masa pemerintahannya, Kerajaan Kediri mengalami masa keemasan dimana Joyoboyo berhasil menyatukan Jenggala kembali ke Kediri. Kemenangan Joyoboyo atas Jenggala disimbolkan sebagai kemenangan Pandawa atas Korawa dalam kisah Bharatayuddha.

Sebagai penguasa, Joyoboyo juga adalah seorang pujangga. Karya filosofifnya sangat terkenal karena diakui mengandung unsur mistis. Tidak bisa dipungkiri, banyak kejadian dalam sejarah perjalanan Indonesia yang telah diungkapkan dalam karya Joyoboyo secara tersamar.

Salah satu yang paling terkenal adalah istilah no-to-no-go-ro. Terminologi ini mengungkapkan simbolisasi nama dari para pemimpin bangsa Nusantara (Presiden Republik Indonesia).

Menjelang akhir era Soeharto, ramalan ini santer terdengar dan menjadi teori spekulasi atas presiden pengganti Soeharto. Dua pemimpin sebelumnya telah berhasil masuk kedalam terminologi Notonogoro, hingga ramalan ini dianggap cukup akurat.   

Adalah nama Try Sutrisno, seorang perwira ABRI dengan wajah yang ramah berwibawa, yang oleh banyak pengamat digadang-gadangkan sebagai The Next President.  

Nama Try sudah masuk bursa calon Wakil Presiden Ketika dirinya menjadi Panglima ABRI pada tahun 1988, hingga akhirnya terpilih menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia untuk periode 1993-1998, menemani Presiden Soeharto.

Ada sebuah kisah menarik, meskipun disebutkan sebagai calon kuat dari ABRI, namun Soeharto juga mempertimbangkan BJ Habibie yang kala itu adalah Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia. Saat itu Soeharto sedang mesra-mesranya dengan kelompok Islam, sehingga nama BJ Habibie sempat mengungguli Try Sutrisno.

Namun sebagian Jenderal menginginkan pendamping Soeharto harus berasal dari ABRI. Hingga suatu hari, Kepala Staf Sosial Politik (Kasospol) ABRI, Letnan Jenderal Harsudiono Hartas, menyatakan kepada wartawan bahwa Try Sutrisno lah yang akan menjadi Calon Wakil Presiden dari ABRI.

Atas pernyataanya ini, Hartas dianggap telah melakukan fait-accompli secara terbuka dan "dihukum" dengan dijadikan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA). 

Try sendiri mengaku kala itu ia belum ditanyai kesanggupannya oleh bapak Presiden, namun kabar mengenai ABRI mendukung Try Sutrisno sudah kadung menyebar di Masyarakat.

Pada saat beliau dilantik, spekulasi mengenai no-to-no-go-ro kembali mencuat. Banyak pengamat yang menganalisis bahwa periode 1993 -- 1998 adalah merupakan masa terakhir Soeharto dan tongkat estafet telah dipersiapkan kepada sang perwira muda yang ramah ini.

Namun takdir berkata lain ketika Soeharto kembali menyatakan niat untuk menjadi Presiden pada periode berikutnya dan mengangkat BJ Habibie sebagai wakilnya, yang kemudian menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri pada tahun 1998, akibat reformasi.

Para spekulan kecele, karena nama Presiden berikutnya tidak berakhiran No. Namun lagi-lagi cocokologi atas nama ramalan yang sakral dibuat. Paling tidak ada dua isu yang beredar.

Disebutkan bahwa Presiden dari ramalan Joyoboyo harusnya yang memiliki masa jabatan lengkap. Kata noto dan negoro adalah dua suku kata yang terpisah, sehingga tiga presiden yang tidak memiliki masa jabatan lengkap, dianggap hanya bunga-bunga transisi. Ketiga Presiden tersebut adalah BJ. Habibie, Gus Dur, dan Megawati Soekarno Putri.

Cocokologi kedua adalah teori bahwa Sang Joyoboyo yang pandai berpantun, menyembunyikan arti buwono menjadi nogoro. Nah dengan demikian huruf Bacharuddin jUsuf habibie, Abdurahman WAhid dan megaWAti sepertinya pas mengisi terminologi tersembunyi ini.   

Ketika pemilihan presiden secara langsung digelar pada tahun 2004, dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terpilih, ia kembali digadangkan sebagai Satrio Piningit, karena memiliki nama NO. 

Berhasil menjadi Presiden dalam dua periode, publik dibuat penasaran dengan nama GO sebagai Presiden berikutnya.

Pada konstelasi Pemilihan Presiden tahun 2014, ramalan Joyoboyo pun menciptakan dua kubu pengamat dunia lain yang saling berbeda pendapat. 

Ada yang mengatakan bahwa Buwono sesuai dengan akhiran nama praboWO, namun ada juga yang mengatakan bahwa Joko Widodo yang memiliki nama kecil mulyoNO sebenarnya merupakan NO berikutnya setelah presiden SBY. Ada-ada saja.

Yang pasti kubu alam gaib lah yang mendukung teori MulyoNO menjadi pemenangnya. 

Nah, selain ramalan Notonegoro, ternyata Joyoboyo juga memiliki 6 ramalan yang sudah terjadi di Bumi Nusantara dan masih menyisakan 1 ramalan yang belum terjadi.

Pertama: Murcane Sabdo Palon Noyo Genggong. Noyo Genggong dan Sabdo Palon adalah nama abdi dalem Kerajaan Majapahit. Sedangkan Murca berarti Musnah, yang berarti Joyoboyo memprediksi runtuhnya Majapahit.

Kedua: Semut Ireng Anak-anak Sapi. (Semut hitam anak-anak sapi), yang berarti Belanda datang menjajah ke Indonesia.

Ketiga: Kebo Nyabrang Kali. (Kerbau menyebrang sungai), artinya Belanda kenyang dan hengkang dari Indonesia.

Keempat: Kejajah Saumur Jagung Karo Wong Cebol Kepalang. (Dijajah seumur jagung oleh orang cebol), yang merujuk kepada penjajahan oleh Jepang selama 3,5 tahun.

Kelima: Pitik Taruk Sak Kandang (Ayam bertarung satu kendang) artinya perang saudara zaman Bung Karno, namun bisa juga menunjuk kepada pemberontakan PKI.

Keenam: Kodok Ijo Ongkang-ongkang (Kodok hijau berkuasa). Warna hijau kemudian diartikan sebagai seragam militer. Era Soeharto menjabat dan militer berkuasa diasosiasikan dengan terminologi ini.

Sementara terminologi ketujuh yang konon merupakan ramalan yang masih belum terjadi adalah: Tikus Pithi Anoto Baris.

Budayawan Sujiwo Tejo dalam tulisannya pada harian Kompas (24.04.2009) dengan tajuk "Waspadai Ramalan ke-7 Joyoboyo" mengatakan bahwa akan ada barisan pemberontakan rakyat Nusantara dari berbagai penjuru.

Bisa saja ini memaknai peristiwa lengsernya Soeharto, namun Sujiwo menganggap peristiwa ini belum merata ke seluruh negeri.

Namun ada juga yang menafsirkan pemahaman tikus sebagai korupsi. Seperti kita ketahui kasus mega korupsi di Indonesia cukup mendapatkan perhatian besar masyarakat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.   

Menarik untuk melihat apa perkembangan pandangan para spekulan teori Joyoboyo ini. Tentunya sebuah ramalan yang bersifat halus, tidak terlalu nyata dalam penulisan, dapat terhubung dengan berbagai jenis kondisi yang terjadi.

Namun siapakah gerangan GO yang akan menjadi RI 1? Apakah ia akan muncul setelah era Jokowi? Atau jauh sesudahnya, kita tunggu saja.

Dalam Numerologi, menarik untuk mengetahui bahwa setiap deret angka mempunyai makna.

Angka 1 adalah Kemandirian (Kemerdekaan), Angka 2 adalah Komunikasi dan Kerja Sama, Angka 3 adalah Agresif dan Pemikiran, Angka 4 adalah Keterbatasan, Angka 5 adalah Kebebasan, Angka 6 adalah Kekeluargaan.

Nah bisakah makna angka-angka ini dihubungkan dengan Presiden RI ke 1 hingga ke 6? Jika bisa, bagaimana dengan Presiden ke-7, Joko Widodo?

Angka 7 menandai makna filosofis yang dalam dan juga erat dengan Pembelajaran Hidup dan Kedewasaan. Nah apakah pembaca merasakan bahwa dalam periode pemerintahan kali ini, banyak pelajaran berharga yang kita dapatkan untuk menjadi lebih dewasa?

Sebagian memaknai Pembelajaran Hidup sebagai hal yang sulit untuk dilalui, namun makna sesungguhnya berada pada angka 8, setelah angka 7, yaitu energi Tak Terbatas  (infinity). 

Marilah kita berdoa agar bangsa ini akan menuju kepada kejayaan yang tak terhingga pada tahun 2024 nanti, yang kebetulan juga memiliki energi 8 (2+0+2+4).

Sumber: 1 2 3

SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun