Loh kok dinikmati~?
Iya karena istilah karma tidaklah seseram seperti yang kita pahami pada umumnya. Karma adalah hukum sebab akibat, anda menanam ~ anda menuai.
Istilah karma juga tidak serumit apa yang dipikirkan. Karma bukanlah hukuman Yang Kuasa. Karma adalah proses sebab akibat, anda menanam ~ anda menuai.
Mari kita mulai membedah hal ini dari sisi nalar sederhana.
Semisalnya hari ini anda tersenyum kepada seseorang, dan dibalas dengan senyuman indah. Hati yang bergembira adalah karma yang berproses secara instan.
Semisalnya, hari ini anda menanam biji pohon mangga, dan 10 tahun kemudian buah mangga yang manis dan segar dinikmati. Itu adalah karma, namun proses mengikuti aturan durasi alam.
Meskipun aturan hukum karma adalah sederhana, namun proses karma tidaklah sesederhana ini. Banyak faktor-faktor pendukung lainnya yang memadukan hukum semesta ruang dan hukum dimensi waktu yang syah berlaku.
Dengan mengacu kepada hal ini, maka harus disadari bahwa kondisi kita sekarang adalah murni berasal dari apa yang kita perbuat sebelumnya.
Hukum Karma berlaku, tapi tidak untuk disalahkan. Kita bertanggung jawab terhadap aksi perbuatan, dan akibat dari perbuatan kita sendiri. Kita adalah pencipta karma kita sendiri.
Namun dalam sebuah situasi, ada juga beberapa perbuatan yang dilakukan secara bersamaan. Sebutkanlah sekelompok warga desa yang bergotong royong membangun bendungan, dan tentu hasil panen yang melimpah di musim kemarau akan dinikmati oleh seisi warga desa. Inilah contoh karma kelompok.
Pertanyaan berikut,~