Nah signal ini akan dengan mudah ditangkap, dan dimasukkan ke pikiran mereka yang masih lugu bahwa hantu memang pantas ditakuti. Lebih parahnya lagi, jika dibiarkan tumbuh subur, maka hal ini dapat menjadi pengalaman traumatik bagi mereka.
Kesalahan lain lagi adalah para orangtua tanpa sadar sering menakut-nakuti anaknya yang sudah membandel dengan cerita hantu.
"Kakak!!! Jangan suka teriak kalau malam, ntar dibawa wewe gombel loh."
Anak membutuhkan informasi dan pengalaman sebanyak mungkin untuk mengisi database pada otaknya. Jika tidak diisi dengan hal yang bermanfaat, maka otak mereka yang subur akan membentuk persepsinya dengan otomatis.
Apakah melalui teman bermain, televisi, youtube, bahkan pembicaraan orangtua yang didengar tanpa sengaja. Imajinasi tidak terbatas dan akan masuk kedalam otak anak tanpa tersaring.
Tugas orangtua adalah membimbing anak untuk menyuburkan imajinasi secara positif. Selain itu meningkatkan komunikasi yang intens dengan sang anak juga dapat digunakan untuk mengisi ruang kosong pada otakn kecilnya. Komunikasi yang bagus tidak saja memberikan manfaat kehidupan yang nyata, namun juga dapat mencegah ketakutan berlebihan terhadap "nenek yang duduk di kursi goyang."
Sumber:
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H