Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Dapat Melihat Hantu? Begini Penjelasan Ilmiahnya

22 Maret 2020   10:41 Diperbarui: 22 Maret 2020   10:49 1018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Theeverymom.com

Nah signal ini akan dengan mudah ditangkap, dan dimasukkan ke pikiran mereka yang masih lugu bahwa hantu memang pantas ditakuti. Lebih parahnya lagi, jika dibiarkan tumbuh subur, maka hal ini dapat menjadi pengalaman traumatik bagi mereka.

Kesalahan lain lagi adalah para orangtua tanpa sadar sering menakut-nakuti anaknya yang sudah membandel dengan cerita hantu.

"Kakak!!! Jangan suka teriak kalau malam, ntar dibawa wewe gombel loh."

Anak membutuhkan informasi dan pengalaman sebanyak mungkin untuk mengisi database pada otaknya. Jika tidak diisi dengan hal yang bermanfaat, maka otak mereka yang subur akan membentuk persepsinya dengan otomatis.

Apakah melalui teman bermain, televisi, youtube, bahkan pembicaraan orangtua yang didengar tanpa sengaja. Imajinasi tidak terbatas dan akan masuk kedalam otak anak tanpa tersaring.

Tugas orangtua adalah membimbing anak untuk menyuburkan imajinasi secara positif. Selain itu meningkatkan komunikasi yang intens dengan sang anak juga dapat digunakan untuk mengisi ruang kosong pada otakn kecilnya. Komunikasi yang bagus tidak saja memberikan manfaat kehidupan yang nyata, namun juga dapat mencegah ketakutan berlebihan terhadap "nenek yang duduk di kursi goyang."

Sumber:

satu, dua, tiga, empat

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun