Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ada Patung Yesus Kristus di Dalam Kelenteng

5 Maret 2020   22:30 Diperbarui: 5 Maret 2020   22:51 1537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: ResearchGate.com

Ada sebuah keuntungan terlahir sebagai manusia Indonesia. Sebuah negeri yang plural dengan kebebasan beragama yang dijamin.

Informasi mengenai agama bebas tersebar di negeri ini. Setiap orang memiliki hak dan juga kesempatan untuk mendengarkan ajaran sebuah keyakinan, tanpa harus mengubah agama yang dianut.

Pendidikan agama tidak hanya menjadi tanggung jawab keluarga. Beberapa sekolah yang berbasis agama menjadi pilihan bagi para penganutnya untuk berbagi pendidikan agama sejak dini.

Sekolah Islam, Sekolah Kristen, Sekolah Katolik, memiliki mutu pendidikan yang bagus dan juga pengembangan budi pekerti yang luhur.

Meskipun berlabel agama, namun tidak ada larangan bagi siswa dari agama lain untuk mengenyam pendidikan disana.

Begitu juga dengan penulis yang mewarisi agama leluhur, pernah mengenyam pendidikan di sekolah Kristen dan Katolik. Hal yang sama dirasakan oleh beberapa sahabat muslim yang pernah menjadi teman sekelas.

Sampai hari ini, dupa masih menyebar dalam rumah, dan kebiasaan mengunjungi rumah sahabat muslim sebangku di hari raya Idul-Fitri nan Suci, masih berlangsung.

Masih teringat dalam benak penulis, bagaimana gembiranya menyanyikan lagu pujian dalam gereja di setiap hari minggu. Tidak ada yang salah disini.

Iya... Tidak ada yang salah dengan keyakinan, semua agama adalah baik adanya.

Namun agama yang baik tidak menjamin penganutnya 100% terbebas dari kesalahan.

Sikap yang terlalu yakin, dapat membuat seseorang menjadi sangat fanatik terhadap keyakinannya. Memiliki standar yang ketat dalam pola pikir dan cenderung menutup opini yang dianggapnya bertentangan.

Demikianlah sikap guru agama pada saat penulis duduk di bangku kelas 6 SD. Disaat yang sama, guru kelas mengajarkan mengenai teori evolusi Darwin.

Dengan pernyataan bahwa manusia berasal dari monyet, membuat para siswa bertanya-tanya mengenai keberadaan Adam yang baru didengarkan dari guru agama.

"Ehmmmm... Sebenarnya ada kesalahan dari si Darwin, teori evolusinya sudah terlanjur diumumkan, sebelum beliau mengenal Kristen." Cukup menyejukkan bagi siswa-siswi kelas 6 SD.

Penulis membayangkan, jika kejadian 40 tahun yang lalu terjadi pada tahun ini, dimana informasi adalah milik dari sang pemilik kuota, apakah yang akan terjadi?

Kuota internet memang mengagumkan, seluruh informasi yang akurat maupun yang  berkarat dapat dengan mudah diperoleh. Jangankan bahasa isyarat, komunikasi dengan dunia akhirat pun tersedia setiap saat.

Sepuluh tahun yang lalu, pada saat Blackberry Messenger Grup lagi hot-hot nya, penulis untuk pertama kali mendapat kesempatan untuk bertemu kembali dengan teman-teman SD.

"Hai Rudy... Gereja dimana sekarang?" ungkap si Jeremi (nama samaran) di grup BBM.

"Ehmmm... Aku sih... masih sering di jalan Sulawesi..." jawab penulis dengan kikuk. Bagaimana tidak, jalan Sulawesi di kota Makassar dulunya bernama "Temple Straat" di jaman kolonial, karena saking banyaknya kelenteng disana.

"Owwww..., tapi masih sering baca Alkitab kan?" lanjut Jeremi, entah karena masih penasaran atau tidak mengerti.

Dalam momen ini, timbullah keisengan dari penulis. Berada didepan laptop, sambil mengenggam Blackberry keluaran terbaru, ketikan jari tak lari kemana-mana.

"Tanyakanlah padaku, ayat-ayat Alkitab, dan aku akan menjawabnya dengan tepat."

Walhasil, seluruh pertanyaan yang berasal dari kitab Kejadian sampai dengan Wahyu, dijawab dengan akurat.

Si Jeremi terkagum-kagum dan bersyukur bahwa penulis masih mengingat Tuhan, sementara penulis sangat bersyukur kepada Tuhan atas penemuan internet.

Sejarah pun berulang, anak penulis bersekolah di sebuah sekolah Kristen terkenal di kota Makassar. Pergi ke Gereja sudah biasa, meskipun dupa masih tajam tercium didalam rumah.

Menyanyikan lagu pujian, berdoa atas nama Yesus, mendengarkan khotbah, tidak-lah seseram pengakuan dari anak penulis.

"Pa, sekarang pendeta di gereja sudah mulai tidak dipercaya loh?" begitu kata si Kelly yang barusan pulang dari sekolah Minggu.

"Sebabnya, teman-teman pada ngomong kalau fakta yang diceritakan sangat tidak sesuai dengan informasi di internet loh pa..."

Itulah penyebanya, ternyata sang pendeta lupa bahwa akses internet bagi para Milenial dapat menjadi lebih jahat dari godaan syaitan.

Penulis tidak pernah menganggap adanya sebuah agama yang paling benar diantara agama lain. Penulis hanya meyakini adanya kebaikan universal yang mengajarkan tentang budi pekerti dan menghargai sesama mahluk hidup.

Filsafat Ehipassiko, yang mengajak setiap orang untuk melakukan observasi dan pembuktian terhadap sebuah pernyataan, selalu menjadi dasar bagi penulis untuk menghargai semua keyakinan dan perbedaannya.

Yang ingin penulis sampaikan disini bahwa zaman akan berubah dengan cepatnya, dimana doktrin kuno pun sudah saatnya ber-evolusi.

Pandangan-pandangan orthodox telah banyak berubah seiring dengan waktu, meskipun keyakinan utama terhadap Pencipta dan Penciptaan akan selalu ada.

Belajar dari Cao Dai di Vietnam.   

Cao Dai atau Kaodaisme adalah sebuah agama baru di Vietnam yang bersifat sinkretis. Terbentuk di Vietnam pada tahun 1926, jumlah pengikutnya diperkirakan sekitar 4 sd 6 juta orang di seluruh dunia.

Cao Dai berarti "tempat yang tinggi" atau tempat tertinggi dimana Tuhan berada. Pengikut Kaodaisme percaya bahwa agama mereka beserta pengajaran, simbolisme dan organisasinya ditunjuk langsung oleh Tuhan.

Meskipun sempat dilarang dan mendapatkan label sebagai ajaran sesat dari pemerintah komunis, praktik Cao Dai ini mengutamakan doa, pemujaan leluhur, vegetarisme, dan tanpa kekerasan.

Pengikut Kaodaisme meyakini bahwa pengajaran Buddhisme, Taoisme, Konfusianisme, dan Kristen adalah ajaran Tuhan yang harus diyakini. 

Tujuan utama dari keyakinan ini adalah kesatuan semua agama yang akan menyatukan umat manusia dalam keluarga universal untuk perdamaian universal.

Tempat beribadah Cao Dai lazim disebut sebagai Cao Dai Temple, dan layaknya kelenteng pada umumnya, Arca Dewa-Dewi suci akan terpasang diatas altar pemujaan, termasuk... patung  Yesus Kristus.

Sumber.

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun