Memasuki bulan Februari, libido terasa naik. Ehh... Jangan jorok dulu, toh setiap saat yang namanya manusia pasti mengalami peningkatan libido kan...
Namun karena bulan Februari memiliki aura momen Valentine, maka diperkirakan frekuensi libido akan semakin tinggi.Â
Loh... Gak ada salahnya kan kalau ternyata banyak pasangan suami istri melakukan hubungan intim di tanggal 14 Februari nanti.
Memang hari Valentine ini unik..
Sebagai perayaan yang telah berusia sekitar 1500 tahun, masih saja menuai kontroversi. Perdebatan mengenai penting tidaknya dirayakan sampai dengan fatwa haram dari MUI mengisi hari penuh cinta.
Meski dilarang, tetap masih saja dilakukan. Mau terang-terangan atau gelap-gelapan, rasanya sama saja.
Hal ini tidak terlepas dari sejarah Valentine yang kelam...
Festival Lupercalia yang dirayakan oleh bangsa Romawi Kuno adalah sebuah festival yang lazim dilakukan di hari Valentine ini. Bertujuan untuk menyembah Faunus (Dewi Kesuburan), prosesi pemurnian dilakukan dengan cara yang kurang bermoral.
Hingga akhirnya Paus Gelasius I merubah makna Lupercalia menjadi hari Valentine sebagai hari kasih sayang seperti yang kita ketahui sekarang.
Hari yang menandai kasih sayang ini memang luas adanya dan selalu ditujukan bagi milenial yang sedang mabuk asmara.
Mungkin lumrah diwaspadai, siapa sih yang tidak gemetar dimabuk asmara? Dihantam badai rayuan gombal, ingus pun menjadi santapan buaya.
Belum lagi, konon kabarnya penjualan kondom meningkat drastis di hari asmara ini. Maksudnya apa??? Emangnya 14 februari adalah hari kontrasepsi sedunia?
Namun, jangan berburuk sangka dulu... Â Hari Valentine ini kadang juga melibatkan usia uzur sampai dengan balita ingusan. Nah, jelas mereka gak butuh kondom untuk menyatakan cinta. Kasih sayang bukan berarti pacaran saja kan.
Jadi ada baiknya, bagi mereka yang mengapresiasi hari Valentine ini dengan lebih baik, tidak menyalahgunakan makna kasih sayang yang sesungguhnya.
*****
Terlepas dari sejarah kelam yang menjadi latar belakang hari Valentine, Cinta dan Kasih sayang tetap menjadi makna utama.
Kisah Uskup Valentine menandai asal muasal paling awal dari hari Valentine ini.
Melanggar aturan Kaisar yang melarang pasangan muda mudi untuk menikah, membuatnya dihukum mati secara kejam pada tanggal 14 Februari.
Selama dipenjara, ia jatuh cinta pada putri sipir penjara dan menuliskan sebuah surat cinta sehari sebelum dieksekusi. Surat itu ditutup dengan kata "From Valentine."
*****
Selain kisah Uskup Valentine, ada pula kisah mengenai Duke of Orleans yang menulis surat cinta kepada istri keduanya, saat berada di penjara.
Puisi yang dituliskan pada surat cinta tersebut dilakukan selama 20 tahun dan tidak pernah sekalipun terbalaskan. Kisah ini menjadi salah satu sejarah tertua mengenai kisah surat cinta di hari Valentine.
*****
Peringatan hari valentine secara masif dilakukan pertama kali di Inggris dan Prancis pada abad ke-17.
Tradisi yang lazim dilakukan pada saat itu adalah bertukar koin dan surat dengan tulisan tangan. Tradisi ini tidak ditujukan khusus kepada pasangan, namun juga bagi orang yang dikasihi.
*****
Nah dari ketiga cerita diatas, jelas tertulis bahwa surat cinta adalah media pertama dalam mencetuskan rasa cinta pada hari Valentine.
Hari Valentine tidak lengkap tanpa adanya coklat, bunga, dan makan malam romantis, namun surat cinta tetap adalah media pernyataan cinta yang klasik. Â
Kembali kepada Milenial, penulis mencoba berpikir, masih adakah surat cinta di jaman now? Apakah masih ada kertas surat warna warni dijual di toko? Masih adakah kartu ucapan beredar di kantor pos?
Dari kebiasaan bergadget ria para milenial, mungkin mengirimkan pernyataan cinta melalui aplikasi gawai jauh lebih praktis dan paling masuk akal.
Tidak salah, karena pada dunia modern atas nama kemudahan, jelas lebih menghemat waktu menulis, jelas lebih menghemat uang membeli perangko, dan pasti menghemat malu untuk mengirim kertas surat.
Fungsi tehnologi seharusnya memberikan kemudahan bagi manusia agar tidak terlalu repot. Tehnologi diharapkan bisa menggantikan pekerjaan yang dianggap membuang buang waktu.
Namun perasaan adalah milik manusia yang tidak tergantikan.
Penulis masih mengingat jaman dulu, bagaimana menuliskan surat cinta kepada sang terkasih.
Memilih kartu Valentine di toko, selalu menghabiskan waktu lantaran bingung memilih satu dari ratusan pilihan. Tidak jarang juga mengajak kawan untuk bantu memilih, meskipun hanya menambah kebingungan.
Sesampainya di rumah, pena warna warni berhamburan diatas meja. Bengong berjam jam, lantaran terlalu banyak yang ingin ditulis diatas media yang hanya sebesar daun kelor.
Pada saat oretan pertama tertuai, sudah ada ratusan ekspresi yang bereaksi. Berjam-jam waktu terluang untuk menulis dan membaca ulang surat cinta yang berisikan sekelumit kata. Bagaikan editor professional yang akan menerbitkan novel unggulan. Â
Prosesi tidak sampai disini saja, parfum murahan dari merek harapan, terpercik menambah ungkapan hati yang gelagapan. Bakat warisan Picasso menambah keindahan lukisan hati kecil berwarna merah nan indah. Semuanya melengkapi perasaan yang tertuang.
Meskipun pada akhirnya surat akan terbuang di tumpukan gudang, tetap hati terasa puas tak terkirakan.
Jika dihitung, prosesi ini dapat memakan waktu 3 hari 3 malam, dan tidak kalah dengan dukun sakti yang berpuasa mencari ilmu sakti mandraguna.
Namun sekarang, semuanya lenyap ditelan waktu dan aplikasi. Tiga malam tergantikan dengan tiga menit.
Tidak bijak untuk mengajak milenial mengikuti kebiasaan para moyang. Kekhwatiran menjadi usang ditengah peradaban akan menjadi perdebatan siang dan malam.
Namun sekali lagi... perasaan adalah milik manusia dan tidak tergantikan.
Menurut penulis, ada beberapa tradisi yang memang harus dipertahankan dan tidak dapat terabaikan.
Kebiasaan milenial adalah selalu berpikir praktis untuk memudahkan pekerjaan. Tapi cobalah berpikir, apakah bisa menggantikan tradisi Silaturahmi di Hari Raya Idul Fitri dengan gawai?
Jelas tidak mungkin, karena selain akan diumpat oleh manusia dan malaikat sedunia, hubungan antar manusia adalah masalah perasaan yang hanya dimiliki oleh manusia, bukan hewan.
Nah jika anda menyayangi seseorang, ungkapkanlah dengan perasaan. Jangan menggunakan tangan dan pikiran saja. Anda tidak berharap pasangan anda akan menikah dengan robot.
Penulis bukannya anti modernisasi dan bukan juga pendukung "senimanisasi", namun bagi penulis ada beberapa hal dari tradisi yang memiliki makna kemanusiaan. Yang membedakan manusia dari mahluk lain adalah pikiran dan perasaan.
Pikiran menciptakan tehnologi yang memudahkan, namun jangan sampai menghancurkan fitur perasaan yang seharusnya bergandengan.
Hati yang digunakan pada symbol valentine memaknai bahwa "Jiwa Murni sesungguhnya berada di hati."
Jiwa yang murni akan memancarkan kasih sayang keatas, kebawah, dan kesekeliling, bagaikan seorang ibu yang menyayangi anaknya yang tunggal.
Demikianlah seharusnya arti kasih sayang yang jatuh di tanggal 14 Februari ini, kasih sayang tanpa batas adalah hal yang diungkapkan lewat perasaan, bukan atas nama tehnologi terbaru.
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Pythagorean Numerologist
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H