Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Schopenhauer, Musik dan Warna Sufisme

1 Januari 2023   21:57 Diperbarui: 1 Januari 2023   22:16 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain Mozart, Antonio Vivaldi, Leo Rojas, Giovani Marradi dan lain sebagainya. Satu musisi mancanegara lain yang membuat saya takjub dengan musikalitasnya yakni Omar Faruk Tekbilek. Selain Musisi, ia juga composer music yang berasal dari Turki, konsisten mengembangan music sufi tradisional.

Sebagai seorang pencinta music intrumental. Saya banyak berkenalan dengan music Barat (Eropa), Timur Tengah, Amerika Latin, tak ketingglan music-musik instrumental tradisional Nusantara.

Bagi saya, music instrumental tidak hanya menghidupkan. Tentu music instrumental lebih dari itu. Mendengarnya seperti menyelami sebuah kegelapan. Yang pada akhirnya kegelapan itu disirami music instrumental seperti tumbuh dalam cahaya sangat terang.

Kata filsuf Jerman Artur Schopenhauer. Dia berpendapat bahwa; "musik adalah suatu seni yang tak berwujud karena tidak memiliki komponen fisik".

Terus terang. Saya mengiyakan salah satu pendapat filsuf nyentrik idola saya ini dengan berbagai perspektif pemikirannya, yang kaya tentang music sebagai sebuah seni tak memiliki wujud itu. Tentu magis dari music yang tak berwujud dalam imajinasi seperti mampu mengoyak kalbu manusia.

Artur Schopenhauer tentang pemikirannya, bahkan sampai pada pembahasannya tentang music sangat bagi saya memang menarik. Music bagi Schopenhauer itu juga merupakan sebuah ekspresi murni dari sifat terdalam dari realitas manusia yang memungkinkan membawa manusia keluar dari dunia representasi yang bersifat ilusi

Maka sebagai filsuf. Pemikiran Artur Schopenhauer layak diselami oleh orang-orang pemikir dengan kecintaannya pada seni. Bahkan selain pembahasannya tentang music. Pemikiran Artur Schopenhour bab pesimisme,penderitaan, dan kearifan dari hidup manusia. Semua itu juga saya kagumi.

Sebab sebagai seorang pemikir, dia benar-benar filsuf yang kumplit. Benar saja filsuf seperti Fredrich Niethche pemikirannya juga dipengaruhi dari banyak gagasan Artur Schopenhour.

Sebab dalam persepektif saya, konsep penderitaan manusia dan bagaimana kearifan hidup manusia harus di lakukan sebagai ide-ide hidup. Itulah mengapa pemikiran Artur Schopenhauer, yang tentu lain dengan filsuf yang lain. Menjadi sangat relevan bagi hidup manusia, yang kata Budha sendiri hidup merupakan penderitaan. Itu tercermin dari pemikiran Artur Schopenhour.

Karya tulis Artur Schopenhauer yang paling berpengaruh bagi pemikiran saya adalah bukunya yang berjudul "Kearifan Hidup". Selain dari dirinya yang punya atensi juga pada nilai-nilai filosofi tentang music. Pandangan filosofisnya, bagaimana seharusnya hidup dan eksistensi hidup itu sendiri merupakan suatu bentuk kekayaan intelektual dirinya pada pengetahuan, yang juga patut diselami konsep-konsep dasar pemikirannya.

Kebudayaan dan Musik

Kembali tentang Musik. Iya benar "music" berbicara soal selara. Pandangan music itu bagi kita para penikmatnya sangatlah subyektif. Bagaimana preferensi terhadap music, setiap orang berbeda-beda tergantung dari pada keakrabannya terhadap music itu sendiri.

Akan tetapi dengan music instrumental. Ada Bahasa musik universal yang terkandung disana, yang tidak dapat lepas dari budaya tertentu. Artinya music instrumental juga merupakan bagian dari budaya dan peradaban suatu bangsa.

Perpaduan music dan budaya sendiri tidak dapat di tampik eksistensinya dan sudah menjadi sebuah fakta baik yang tertulis maupun tidak. Karena di dalam masyarakat mana pun. Ada ciri music tertentu yang menjadi seni identitas dan kekayaan suatu bangsa secara kebudayaan masyarakat

Di dalam peradaban Eropa. Music klasiknya selalu di identikan dengan biola, piano dan sebagainya. Ada beberapa pemusik Eropa klasik yang terkenal dari abad ke abad seperti Mozard, Geovani Marradi, dan Antonio Vivaldi yang karyanya masih di kenal masyarakat dunia hingga kini.

Musik mereka rata-rata tak dapat lepas dari budaya Eropa sebagai identitasnya. Jika di hayati musiknya. Siapapun penikmat music Mozart, Antonio Vivaldi dan lain sebagaiya berasa sudah melihat dengan imajinasi kebudayaan Eropa dan kota-kotanya yang sangat indah nan klasik.

Eropa sebagai bangsa yang gigih sampai saat ini mempertahankan bangunan klasik nan megah di penjuru benua biru itu tentu sejalan dengan music yang dikembangkan dari waktu ke waktu tak terkecuali abadinya music klasik eropa di abad ke-21 ini yang masih banyak mengenalnya termasuk saya.

Di Amerika Latin juga identic dengan alat music seperti seruling yang melekat dengan keindahan alam Amerika Latin. Pemusik Amerika Latin yang secara kualitas musikalitsnya sangat bagus berbasiskan seruling dengan khas Amerika Latin yaitu Leo Rojas berasal dari Negara Ekuador. "The Last Monichan" menjadi muskinya yang paling populer terkenal di dunia.

Omar Faruk Tekbilek dan Music Sufi

izlesene.com
izlesene.com

Selain Eropa dan Amerika Latin. Music yang kental dengan peradaban dan budaya tertentu juga tercermin dari music yang dibawakan oleh musisi Turki yang mengusung music sufi tradisional yakni Omar Faruk Tekbilek.

Dekatnya budaya timur tengah dan agama islam, yang mana islam diturunkan di tanah timur tengah sana. Oleh para sufi atau orang-orang mendalami ilmu tasawuff. Magis energy dari music juga digunakan sebagaimana alunan music, yang mampu mengetuk sanubari batin. Oleh para sufi music sendiri digunakan sebagai metode spiritual untuk mendekatkan diri kepada tuhan.  

Sebab bagaimanapun untuk mencapai dan mengetahui titik "ketuhanan" dapat dilalui dengan tirakat apapun. Salah satunya dengan mendengarkan music-musik bersifat kontempaltif. Berpikir tentang rasa menyatu dengan semesta melalui musik.

Setidaknya dalam pandangan saya. Ada beberapa music Omar Faruk Tekbilek yang menurut saya bagi orang-orang yang mendalami tassawuf dan berpikir sufistik. Lagu-lagu dari musik Omar Faruk Tekbilek, layak menjadi sebuah bahan kontemplasi batin.

Satu dari banyaknya karya music Omar Faruk Tekbilek itu yang berjudul "The Last Of Moment", "Why", "I Love You", "Hasret" serta masih banyak lainnya. Musik Omar sangat merepresentasikan kebudayaan timur tengah dan agama islam secara kebudayaan. Semua terasa bersatu padu pada setiap karya-karya Omar Faruk Tekbilek.

Maka sejenak kita bayangkan music instrumental yang mungkin kita kenal dengan kebudayaan kita di nusantara. Bagiamana mendengarkan Gamelan "Kebo Giro" misalnya atau dengan Degung Sunda "Sibilunglungan". Bukankah dari sana music itu seperti dapat menerjemahkan moment-moment sakral dalam hidup manusia?

Itulah bentuk kekayaan dari music. Keberadaannya bagi umat manusia dapat seperti meredefinisi antara kenyataan dan ilusi, terbang bersama alunan rasa dan batin yang menentramkan manusia menuju sebuah pencerahan spiritual, yang dilalui dengan berkontemplasi mendekatkan diri pada tuhan semesta alam lewat alunan music.

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun