Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Schopenhauer, Musik dan Warna Sufisme

1 Januari 2023   21:57 Diperbarui: 1 Januari 2023   22:16 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dekatnya budaya timur tengah dan agama islam, yang mana islam diturunkan di tanah timur tengah sana. Oleh para sufi atau orang-orang mendalami ilmu tasawuff. Magis energy dari music juga digunakan sebagaimana alunan music, yang mampu mengetuk sanubari batin. Oleh para sufi music sendiri digunakan sebagai metode spiritual untuk mendekatkan diri kepada tuhan.  

Sebab bagaimanapun untuk mencapai dan mengetahui titik "ketuhanan" dapat dilalui dengan tirakat apapun. Salah satunya dengan mendengarkan music-musik bersifat kontempaltif. Berpikir tentang rasa menyatu dengan semesta melalui musik.

Setidaknya dalam pandangan saya. Ada beberapa music Omar Faruk Tekbilek yang menurut saya bagi orang-orang yang mendalami tassawuf dan berpikir sufistik. Lagu-lagu dari musik Omar Faruk Tekbilek, layak menjadi sebuah bahan kontemplasi batin.

Satu dari banyaknya karya music Omar Faruk Tekbilek itu yang berjudul "The Last Of Moment", "Why", "I Love You", "Hasret" serta masih banyak lainnya. Musik Omar sangat merepresentasikan kebudayaan timur tengah dan agama islam secara kebudayaan. Semua terasa bersatu padu pada setiap karya-karya Omar Faruk Tekbilek.

Maka sejenak kita bayangkan music instrumental yang mungkin kita kenal dengan kebudayaan kita di nusantara. Bagiamana mendengarkan Gamelan "Kebo Giro" misalnya atau dengan Degung Sunda "Sibilunglungan". Bukankah dari sana music itu seperti dapat menerjemahkan moment-moment sakral dalam hidup manusia?

Itulah bentuk kekayaan dari music. Keberadaannya bagi umat manusia dapat seperti meredefinisi antara kenyataan dan ilusi, terbang bersama alunan rasa dan batin yang menentramkan manusia menuju sebuah pencerahan spiritual, yang dilalui dengan berkontemplasi mendekatkan diri pada tuhan semesta alam lewat alunan music.

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun