Sama halnya keturunan orang kaya yang bergelimang modal, sudah pasti hidup mereka akan tetap kaya jika mampu mengelola modalnya dengan baik. Tidak heran anak-anak orang kaya selalu mendapatkan pendidikan yang baik, pekerjaan yang baik, bahkan di modali dengan uang secara baik pula untuk tetap kaya.
Namun dengan buruh yang hanya mengandalkan tenaga-tenaga mereka untuk hidup jungkir balik. Tanpa tenaga yang tidak mereka keluarkan, karena modalnya hanya tenaga untuk mencari makan. Sudah pasti dia tidak akan kebagian makanan dengan hasil kerjanya tersebut.
Apalagi imaji-imaji saya ini dengan hanya menjadi buruh kecil, bahkan menjadi sesuatu itu juga mustahil dilakukan jika daya upaya yang mulai terkisis dengan usaha, makin senja dan tenggelam diperjuangkan termasuk analogi langit yang di ibaratkan mimpi itu bahkan sekedar untuk naik kelas menjadi kaya dan sejahtera bagi buruh yang ditopang hidupnya tanpa modal keuangan yang pasti.
Maka berpikir di luar kapasitas itu sangat menyakitkan. ditambah berharap pada sesuatu yang tidak bisa digenggam. Lebih parah bentuk kemenyakitannya. Mewujudkan apa mimpi-mimpi yang masih terringgal jika mensinkrokan pada dari mana memulai hidup diri.
Saya sendiri yang tak bagus-bagus amat dalam upaya mengejar mimpi kaya dan sejahtera itu dengan segenap modal hanya berbekal tenaga yang pas-pasan sebagai buruh menjadi sesuatu yang kontradikif dapat diwujudkan.
Semua itu memang sudah tidak mungkin ditelan usia yang semakin melapuk bahkan sudah menjadi tua. Akan tetapi yang menarik sebagi buruh adalah tak peduli dia tua atau muda. Modal awal dirinya hidup adalah tenaganya jika tanpa ada modal uang atau punya asset lain yang dapat menambah nilai lebih penghasilan hidup. Saat ini ditambah lagi dengan penguasaan teknologi bagi buruh. Â
Oleh sebab itu berbicara pada hal-hal yang mustahil. Antara saya dan anda sebagai buruh mungkin pernah berpikir semua serba harus dikejar dan bagaiaman pengejaran itu membuat hasil yang efektif bagi hidup kita terasa sesuatunya harus diwujudkan sebagai nilai lebih tidak hanya buruh tetapi juga pemodal sebagai peningkatan hidup di era kapitalisme.
Bahwa di kapitalisme yang masuk akal. Semua harus tumbuh, ekonomi tumbuh dan kaya harus tumbuh tambah kaya. Disisi lain yang miskin tumbuh juga semakin miskin, disinilah disparitas ekonomi kapitalisme ini. Menjadi buruh pun harus tumbuh, tak boleh menjadi pekerja yang statis harus beradaptasi dengan tekologi sebagai sarana dari kerja mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H