Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ruhut Sitompul, Soal Anies Jawa Tulen, yang Jawa Ngaku Arab "Sah"!

3 Agustus 2022   06:24 Diperbarui: 3 Agustus 2022   06:25 1303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengakuan Tak Penting

Kadang kala saya heran, mengapa sih harus ada diksi keturunan dan itu disindir bahkan dipermasalahkan di Negara majemuk seperti Indonesia yang berbudaya ini?

Mau orang Arab, Jawa, Tionghoa atau Dayak dan yang lainnya. Mengakui orang wilayah tertentu dan suku tertentu, jika memang ia terlahir disana besar disana, tidak ada yang salah. Itu sih menurut saya ya, beda kali kalau menurut politikus. Saya kan orang biasa-biasa saja.

Misalnya orang Jawa juga tidak salah akui orang Arab, jika dia lahir dan tinggal di Arab. Begitu juga yang lain-lain, yang tidak berarti secara genetika harus sama tetapi secara kelahiran dalam budaya; ya sama saja.

Seharusnya kalim bahasa, suku, dan lain sebaginya di Indonesia itu sudah harus menjadi hal yang wajar. Karena memang kemajemukan Indonesia sudah terjadi dari dulu bahkan sekarang.

Budaya itu saling bertukar dan itu wajarnya perkembangan manusia di dunia. Bahkan penyebutan tentang orang dari mana asal mereka itu juga berbeda-beda tergantung penafsirannya.

Saya pernah bertanya pada orang, yang baru saya kenal di jalan sebut saja Pak Sinto. Tanya saya, "Pak aslinya orang mana? Saya orang nusantara mas".

Sontak saya kaget, kok jawabnya nusatara? Mbok ya asli Cilacap, Bunyumas, atau Madagaskar begitu.  Alasan Pak Sinto jawab nusantara karena memang ayah ibunya kawin campur, antara suku minang dan jawa.

Pak Sinto pun dibesarkan pindah-pindah dari kota ke kota mengikuti orang tuanya berdinas kala itu. Dia "pak sinto" bercerita bahwa dia pernah tinggal di Kalimantan, Sumatra dan Papua dengan rentang waktu yang lama.

Pada akhirnya masa tua dia tinggal di jawa. Maka dari itu kalau ditanya asli orang mana "jawabnya Nusantara". Dirinya binggung asal mana karena memang; "saya sendiri pun bingung jika merasa dibesarkan demikian seperti pak sinto yang sangat-sangat menasional".

Dari cerita tersebut jika ingin jernih melihat nusantara, apakah itu sebagi suku? Bukankah itu nama kepulauan di Indonesia? Indonesia nama lainnya nusantara? Tetapi bisa menggambarkan identitas aslinya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun