Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ruhut Sitompul, Soal Anies Jawa Tulen, yang Jawa Ngaku Arab "Sah"!

3 Agustus 2022   06:24 Diperbarui: 3 Agustus 2022   06:25 1303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politikus PDIP Ruhut Sitompul "menyindir" proses akad nikah putri Gubernur DKI Anies Rasyid Baswedan yang dilakukan beberapa waktu lalu bukan mengunkan  Bahasa Jawa.

Seperti diketahui Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengaku orang Yogyakarta tulen. Hal tersebut informasinya dari akun Instagram milik penceramah Gus Miftah.

"Saya hari ini bersama Mas Anies. Njenengan (Anda) Arab apa Jawa sih mas?" tanya Gus Miftah. Lalu Anies mengaku sebagai orang Yogyakarta asli."Wong Yogjo, senengane gudeg (hobinya makan gudeg)," jawab Anies

Anis Baswedan sang Gubernur DKI Jakarta itu habis mantu anaknya. Resepsi Putri Anies Baswedan yang digelar, Sabtu (30/7/2022) dan pelafalan proses akhad nikah mempelai dilakukan dengan bahasa Arab.

Terkait klaim Anies Baswedan dengan Jawanya atau Arabnya sebagai identitas. Yang di hadapan Gus Miftah mengaku sebagai orang yogya asli artinya jawa tulen. Itulah sebab mengapa Ruhut Sitompul menyindir.

"Baru aku tahu yang suka ngaku-ngaku asli Yogya itu, bahasanya bahasa Arab ha ha ha. Oh ho kau ketahuan. Sip deh maturnuwun sukron nie ye. Merdeka," kata Ruhut mengunggah tangkapan layar berita yang dijadikan sarana menyindir Anies melalui akun Twitter @ruhutsitompul dikutip di Jakarta, Senin (1/8/2022).

Tetapi dengan identitas Anies itu Jawa atau Arab, apakah memang perlu di sindir terkait klaim itu? Ini tentu bukan masalah siapa dia, atau tokoh-tokoh yang populer sebagai politikus atau sebagainya yang saling sindir.

"Sindirian masalah alasan politik mah harusnya jangan di kait-kaitkan orang mana, asli mana dan etnis apa. Sindiran politik itu harusnya sindir "pikirannya" jika salah dalam mengambil kebijakan"

Baca juga: Perempuan

Akan tetapi ngomong tentang keturunan. Dari mana leluhur mereka berasal jika memang orang itu lahir di wilayah suku tertentu dan mengakui orang wilayah tersebut.

Ya apa salahnya? Ketika seseorang itu juga sekaligus masih menggunakan tradisi leluhurnya yang asli? Anies Baswedan yang secara factual asli keturunan Arab akui orang Jawa tulen gunakan Bahasa Arab, disisi lain pakai budaya Jawa?

Pengakuan Tak Penting

Kadang kala saya heran, mengapa sih harus ada diksi keturunan dan itu disindir bahkan dipermasalahkan di Negara majemuk seperti Indonesia yang berbudaya ini?

Mau orang Arab, Jawa, Tionghoa atau Dayak dan yang lainnya. Mengakui orang wilayah tertentu dan suku tertentu, jika memang ia terlahir disana besar disana, tidak ada yang salah. Itu sih menurut saya ya, beda kali kalau menurut politikus. Saya kan orang biasa-biasa saja.

Misalnya orang Jawa juga tidak salah akui orang Arab, jika dia lahir dan tinggal di Arab. Begitu juga yang lain-lain, yang tidak berarti secara genetika harus sama tetapi secara kelahiran dalam budaya; ya sama saja.

Seharusnya kalim bahasa, suku, dan lain sebaginya di Indonesia itu sudah harus menjadi hal yang wajar. Karena memang kemajemukan Indonesia sudah terjadi dari dulu bahkan sekarang.

Budaya itu saling bertukar dan itu wajarnya perkembangan manusia di dunia. Bahkan penyebutan tentang orang dari mana asal mereka itu juga berbeda-beda tergantung penafsirannya.

Saya pernah bertanya pada orang, yang baru saya kenal di jalan sebut saja Pak Sinto. Tanya saya, "Pak aslinya orang mana? Saya orang nusantara mas".

Sontak saya kaget, kok jawabnya nusatara? Mbok ya asli Cilacap, Bunyumas, atau Madagaskar begitu.  Alasan Pak Sinto jawab nusantara karena memang ayah ibunya kawin campur, antara suku minang dan jawa.

Pak Sinto pun dibesarkan pindah-pindah dari kota ke kota mengikuti orang tuanya berdinas kala itu. Dia "pak sinto" bercerita bahwa dia pernah tinggal di Kalimantan, Sumatra dan Papua dengan rentang waktu yang lama.

Pada akhirnya masa tua dia tinggal di jawa. Maka dari itu kalau ditanya asli orang mana "jawabnya Nusantara". Dirinya binggung asal mana karena memang; "saya sendiri pun bingung jika merasa dibesarkan demikian seperti pak sinto yang sangat-sangat menasional".

Dari cerita tersebut jika ingin jernih melihat nusantara, apakah itu sebagi suku? Bukankah itu nama kepulauan di Indonesia? Indonesia nama lainnya nusantara? Tetapi bisa menggambarkan identitas aslinya?

Jawa Anies

Sebab itu dengan Anis Baswedan yang mengaku Jawa tulen atau orang Yogjakarta asli, saya kira itu tidak salah. Dan memang dirinya lahir di Jawa, besar di jawa, makan-makanan orang jawa khsusnya gudeg Yogyakarta.

Meski leluhur jauhnya bukan jawa melainkan arab. Tetapi ya dia betempat tinggal dan lingkungan hidupnya orang jawa. Menyebut dirinya jawa tulen atau orang jawa sah saja.

Begitupun jika orang jawa di arab, lahir di arab dan dikebumikan di arab juga. Mengaku orang arab pun yang bisa saja dan tidak salah. Akan tetapi dengan budaya aku-mengakui sudah menjadi hal biasa. Orang jawa ngaku arab pun banyak.

Bukankah bahasa ana, ente itu bahasanya orang arab dan banyak diakui bahasa pergaulan mereka yang pakai kata ente dan ane meski mereka orang jawa yang inginya ke arab-araban?

Ya itu dapat dikatakan ngaku-ngaku orang Arab meski orang jawa pakai Bahasa arab. Selain itu orang-orang Jaksel atau Jakarta selatan, biasa mereka campur-campur itu Bahasa inggris dan indonesia.

Toh, mereka ya tetap saja mengakui beringgris itu memang kebarat-baratan. Tetapi mereka tidak merasa orang inggris dan ngaku dari barat pun, ya apa salah pengakuan itu sah-sah saja.

Soal pengakuan diri sepeti apa. Tinggal bagaimana yang diminta mengakui saja setuju atau enggak, tapi ya dengan Bahasa, suku dan lain sebagainya terkait identitas manusia itu sendiri.

Hari ini kita ini menjadi penduduk global yang bisa bertukar budaya, bahasa, adat-istiadat, sudah biasa itu.

"Orang jawa pakai jubbah kaya orang arab biasa. Orang barat pakai blangkon dan batik kaya orang jawa, biasa juga. Seharusnya pengakuan terhadap orang mana tulen juga yang tidak masalah, kita penduduk global saat ini".

Bicara indonesia dengan begitu banyaknya suku, bahasa dan lain sebagainya. Saya kira bukan lagi hal relevan jika di jadikan isu dan pembicaraan public antara satu mengakui yang lain.

Yang ada seharusnya menjadi orang Indonesia adalah bangga menjadi suku kelahirannya bukan keturunannya itu juga rasional-rasional saja.

Tergantung mereka, begitu juga Anies yang lahir di jawa tak ada salah kalim orang Jawa, memang nyatanya begitu lahir dan besar di Jawa. Pun sebaliknya orang jawa akui arab atau ke arab-araban sah-sah  saja kok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun