Menteri keuangan Sri Mulyani yang mengatakan bahwa akan semakin sulit milenial membeli rumah itu bukan sekadar ancaman serius bagi generasi milenial itu sendiri. Tetapi juga ancaman nyata bagi generasi berikutnya.
Harga rumah yang terus melesat setiap tahun, kenaikan harga dapat mencapai 5 hingga 10%, membuat hal semacam ini terkait dengan kepemilikan rumah atau membeli rumah semakin sulit dimiliki.
Diprediksi tidak akan tak terkejar laju kenaikan upah generasi muda yang naiknya sangat minim kadang banyak dibawah 5% kenaikan upah. Ditambah jika mereka hanya mengantongi gaji UMR, yang hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari dari bulan ke bulan.
Setidaknya ada 12,75 juta rumah tangga Indonesia tak punya rumah sendiri seperti apa yang dikatakan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani di masa yang akan datang jumlahnya akan terus bertambah.
Saat ini mereka yang tidak punya rumah masih tinggal di rumah yang bukan miliknya: bisa ngontrak, numpang di rumah orangtua, mertua, saudara, atau tinggal di rumah rusak tak layak huni.
"Purchasing power mereka [generasi muda] dibandingkan harga rumahnya lebih tinggi [harga rumahnya], sehingga mereka akhirnya end up tinggal di rumah mertua atau sewa. Itu pun kalau mertuanya punya rumah juga. Kalau enggak punya rumah, itu juga jadi masalah lebih lagi, [masalahnya] menggulung per generasi," kata Sri Mulyani.
Jelas menjadi milenial atau generasi muda lainnya, itu tidak akan mudah bagaimana situasi keadaan yang tak berimbang ini. Pilihan-pilihan akan kehidupan generasi milenial sendiri sudah seharusnya disadari oleh generasi diatasnya seperti Generasi Z dan seterusnya.
Tidak lain adalah bagaimana pandangan akan kebutuhan masa depan itu sendiri, pertama-tama adalah masalah rumah, yang akan terus menambah masalah kedepan dalam hiruk pikuk hidup berkeluarga.
Sebab dari masalah rumah, potensi menjadi sandwich generation yang akan terus terjepit menanggung beban baik keluarganya sendiri maupun keluarga generasi diatasnya yakni orangtua sudah dipastikan itu bakal terjadi.
Mungkinkah dengan kepemilikan rumah sendiri yang tidak akan terakses, menambah beban lagi bagi generasi milenial kini dan generasi diatasnya, yang mana sandwich generation sudah tidak dapat ditawar pasti mereka akan merasakannya?