Dengan kebutuhan berumah tangga yang mendekati gila; berat jika upah yang tidak memadai, itulah bagaimana hidup bersama pasangan yang rasional, nalarnya bagus, menjadi mimpi yang realistis bagi saya untuk berani mengahadapi tantangan berkeluarga, yang mana sama-sama punya kesadaran nalar yang bagus akan kerja sama, lebih menarik dari pada mengejar-ngejar jodoh seperti akan mati besok.
Banyak juga saya menyaksikan rumah tangga muda, mereka yang tidak mempersiapkan dengan baik bangunan rumah tangganya masih ngontrak atau tinggal bersama mertua menjadi hal yang biasa.
Sekali lagi kebutuhan hunian kini mahal, dan butuh rencana serta lancarnya upah untuk bisa membuat hunian itu; percayalah. Pengecualian jika mereka orang tua kita kaya; lain cerita bagaimanapun orang kaya, punya banyak warisan tidak perlu usaha keras-keras dari lahir pun mereka sudah dibekali.
Tetapi di pikirkan ada benarnya juga berusaha itu harus keras dan efektif dengan apa yang dinamakan hasil. Terkadang saya pun ingin menelanjangi hasrat kebinatanganku, yang perlu keluar di kala sirkulasi darah ini yang terkadang memuncak.
"Kesendirian ini seperti menghasilkan energi yang terbuang nikmat tetapi tidak indah itu. Andaikan aku dapat memelukmu dan mencumubi indah bibirmu yang manis itu. Juga membawa kita pada obrolan yang dalam dan juga intim, dimana kita saling menguatkan satu sama lain dalam kehidupan ini";Â racun drama imajinatif yang perlu dibuang jauh-jauh kedalam tong sampah yang besar".
Tetapi bolehlah berimajinasi akan romantika hidup yang brengsek ini, "Hidup bersama yang aku tunggu. Mungkinkah akan terjawab di tengah keminderan akan suatu stasus sosial yang tidak menarik itu? Aku memcoba meyakinkan diriku, pasti ada suatu saat yang tertarik padaku.Â
Meskipun keminderan akan diri terus mengahantui, aku terus ingin menikam diriku yang terlalu lugu ini" persetan lah dengan semua itu, hanya angan-angan kecil yang pasti berlalu, saya yakin itu walaupu pertanyaan receh itu terkadang mucul;
"Tidak bisakah aku memoles seperti seles yang terpenting dapat terjual barangnya lalu dipakai untuk dijalani? Ya, aku memang belum menemukan calon pendamping hidup bersama yang Bodoh tetapi Jenius itu".
"Ia bodoh karena mau hidup bersamaku tanpa menggunakan otaknya. Jenius sendiri berarti "ia" yang apa adanya dan tahu potensi diri manusia, apapun keperibadiaannya, termasuk jenis kepribadiaan diriku ini yang patut diajak berkerja sama dan bersahabat layaknya kanguru jantan dan betina itu di sudut Negara Australia sana".
"Tetapi aku pun sama dengan yang lain, akan berubah pada saatnya bila hasratku selalu terbawa dirinya. Yang tertunggu itu, akankah aku jatuh hati padamu ketika kau belum riil ada di depanku? Kau bidadari yang tertunggu itu? Hasrat ini sepertinya melepas, dengan sebelumnya apa yang ingin dilepas".
Bagaimanapun hasrat yang imajinatif memang ironi, seperti imajinasi jodoh yang indah, palsu dan cemerlang bak pelangi disana. Kenyataannya saya masih duduk di meja menulis saya sebagai sebuah ritual, yang mana saya masih diam, diam, dan terus diam tanpa beranjak.