Kenyataannya dunia sudah memberi ruang lintas gender untuk berdaya secara ekonomi yang itu pula membuat setiap orang berdaya dan kemungkinan bisa tidak saling menggantung satu sama lain termasuk dalam institusi pernikahan.
Tetapi berdaya ekonomi saat ini dengan pengahsilan yang semakin kesini di tengah fenomena abad ke 21 ini, inflasi yang tinggi membuat nilai uang sebagai insrtrumen ekonomi juga akan sangat berpengaruh pada eksistensi pernikahan dan bangunan rumah tangga yang harus dipenuhinya sebagai kebutuhan hidup.
Terlihat jelas dengan menyempitnya ruang sumber daya, bangunan pernikahan dan rumah tangga, orang berpikir masak-masak ketika akan mempunyai anak yang banyak itu gejalanya sudah terasa, yang mana sudah bergeser ungkapan banyak anak banyak rejeki menjadi kesluitan ekonomi.
Dimana tantangannya jelas jika pendapatan akan uang untuk pemenuhan ekonomi tidak sebanding diabad ke 21 ini. Kualitas hidup keluarga akan minim dalam pemenuhan kebutuhan termasuk hunian, kesehatan, dan pendidikan, yang akan sulit di akses dengan semakin tingginya nilai harga akan pemenuhan kebutuhan itu untuk menunjang berumah tangga.
Alasan lain menikah di abad ke- 21 taruhannya besar adalah ketika kita menikah dalam keadaan miskin, sedangkan akselerasi hidup akan modal yang sulit untuk menaikan taraf ekonomi keluarga. Membuat ketika kita tidak sadar akan pernikahan itu, bagaimana upaya membangun  rumah tangga kedepan, hanya akan mewariskan generasi keluarga yang berkualitas rendah dan miskin.
Maka dalam keluarga dibutuhkan kemakmuran untuk menopang bagaimana hidup itu akan semakin baik. Jika akomodasi akan hidup itu tidak terpenuhi dan bahkan kurang, itu akan menjadi masalah besar dalam sebuah generasi keluarga di masa depan.
Mungkin sebagai contoh kebutuhan akan rumah yang saat ini harganya sangat mahal dapat menjadi baro meter ketika saat ini kita membangun keluarga. Dengan hunian untuk keluarga itu masih sewa akan memperbesar generasi kita juga akan melakukan hal yang sama. Karena jelas harga rumah kedepan semakin tak terjangkau, tidak berimbang dengan nilai angka pendapatan yang ada dari pemenuhan ekonomi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H