Ada tendensi realitas orang biasa yang cenderung miskin itu tidak dipilih oleh orang-orang yang ekonominya lebih diatas kita, berlaku juga dalam kehidupan kita saat ini, yang mana paradigma orang-orang Indonesia memandang harta dan kekayaan itu realitas seadanya yang harus disadari dalam hidup.
Apakah kisah perjodohan dan kekayaan semua itu salah? Bukan salah atau keliru, itu adalah hal yang paling normal dari manusia, yang mana mereka mencari aman dalam kondisi apapun termasuk pada bagian ekonomi hidup.
Ibaratnya di jaman batu, manusia berlindung di dalam sebuah Gua "berlidung" dari dingin maupun cuaca yang buruk. Sekarang pun sama mereka "manusia" berlindung di dalam penguasaan sumber daya dan kekayaaan untuk hidup, yang mana sumber daya dan kekayaan merupakan jaring pengaman yang nyata bagi manusia dewasa ini "aman" dalam mengarungi kehidupan berekonomi mereka.
Maka tertolak akan jodoh karena pengalaman waktu itu saya belum bekerja, saya anak orang yang biasa yang jika dihitung sumber dayanya sangat minim. Mungkin kasus itu sama dengan kalian kebanyakan mengacu orang kaya itu hanya 1 % di Indonesia; tetapi menguasai semua bentuk kekayaan yang ada, untuk itu nasib kita tidaklah mungkin banyak berbeda bagian dari yang 99 % itu .
Sebagai manusia, pelajaran apa yang dapat di sadari bersama antara orang yang biasa tertolak oleh jodoh yang di inginkannya, yang mana yang diinginkan itu keadaan ekonominya di atas kita?
Itu sangat menyadarkan kawan dengan apa itu "sadar" sebagai manusia bereksistensi dengan meterialisme. Ya tentu; bagaimana kita membangun kebutuhan material itu juga penting untuk disadari.
Tidak lain adalah menyelamatkan generasi kita kelak jika kalian ingin punya anak sama dengan paradigma orang-orang kaya itu berpikir, bagaimana pertukaran perjodohan dengan yang sama-sama kaya juga ada konspirasi kemakmuran untuk kebaikan generaasi mereka.
Saya jadi membayangkan ketika waktu itu saya dipermudah oleh jodoh yang sama sekali saya hanya mengandalkan kebutuhan dibawah perut untuk terpenuhi, yang pasti terjadilah pernikahan itu dengan sejumlah kebutuhan penunjang material yang tidak siap, belum bekerja, minim sumber daya dari orang tua.
Tentu kasusnya akan tambah bingung antara kebutuhan rumah tangga yang harus di bangun tetapi belum membangun karir dan finansial, yang juga harus terbangun sebelumnya mengakomodasi perjalanan dari sebuah pernikahan.
"Dalam hidup tidak semua dapat kita bangun secara bersamaan; contoh ketika kita berpacaran atau bergelut dengan gaya hidup seperti hobi "motor" atau "treveling" misalnnya. Mungkinkah dengan kebutuhan pacaran atau hobi itu secara bersamaan dijalankan, kita dapat membangun bagaimana tabungan itu dapat terkumpulkan walaupun kita sudah bekerja? Apa lagi belum bekerja tidak ada penghasilan mampukah membangun itu? Hobi butuh dibeli, bahkan pacaran butuh kencan sana-sini".
Semenjak saya sudah bekerja lagi, karena pas tertolak oleh jodoh itu saya terkena PHK akibat pandemi corona di awal 2020-an yang lalu oleh perusahaan saya bekerja.