Entah apa yang menjadi pertanyaan di kala hujan dan petir menyambar di malam hari, rasanya semakin menepiskan harapan dan cita-cita yang secara pasti akan terbengkalai.
Memang benar, saya tidak menolak hujan maupun petir sebagai fenomena alam. Sebab antara keduanya, akan diganti dengan cahaya terang di siang hari dan langit biru yang cerah jika langit tak mendung lagi.
Mengingat kata mendung, ingin saya membawa pikiran dan imajinasi ini pada nasib seorang anak muda atau manusia setengah tua yang masih menjadi buruh dan selamanya akan di lebeli sebagai sorang buruh di Indonesia.
Masalah dari seorang buruh, saya kira bukan ada pada beban kerja, atau waktu yang menyita untuk menjalankan sebuah tugas pekerjaan yang harus mereka selsaikan.
Buruh-buruh di Indonesia, sudah mengenal baik betul tanggung jawab dan beban kerja yang lebih di pikulnya. Bahkan sudah mengenal betul takaran apa saja yang dapat dibeli dari upahnya meski terkadang kata khiasan "kerja serius gaji bercanda" menjadi polemic yang hanya patut ditertawakan saja oleh para buruh.
Apa yang dinamakan totalitas dari buruh di Indonesia. Ibarat mengaji, mungkin sudah khatam, atau selsai dengan segala bentuk kajian itu, dan harus mengkaji yang lain-lain lagi untuk menambah pahala pengetahuan.
Tetapi, angin segar bagi buruh Indonesia, di mana Negara Portugal salah satu negara di Eropa sana, membuat peraturan jam kerja seorang bos tidak boleh menghubungi anak bawahannya di luar jam itu.
Berbeda konteks tentu, jangankan membuat angin segar peraturan yang manusiawi bagi pekerja atau buruh seperti Negara lain di Indonesia.
UMR Indonesia bagi para pekerja atau buruh saja tidak bisa diharapkan, meski katanya UMR indoneisa sudah tinggi tetapi faktanya betul masih "tinggi", bagi saya ya "tinggi" mimpi buruknya bukan harapan-harapannya kepada buruh.
Seperti diketahui UMR Indonesia 2022 hanya naik satu persen, bayangkan satu persen yang seuprit itu. Mending kalau UMRnya menyentuh kepala empat juta, jika itu hanya kepala 2 juta atau satu juta? Sulit dibayangkan dengan kata-kata indah membangun rumah tangga kan ya, apalagi membeli mobil sambil nyicil KPR, rasanya makin jauh dengan itu.
Mentri ketenagakerjaan Indonesia, Ida Fauziyah meyakinkan dengan berkata UMR Indonesia itu sudah tinggi di ukur dengan menggunakan metode Kaitz Index. Dirinya juga merekomendasikan para buruh untuk selalu bersyukur dengan penuh hikmat dan kebijaksanaan akibat corona.
Iyalah, buruh di Indonesia beryukur itu sudah kenyang dan akan terus beryukur. Secara ya, nyari kerjaan di Indonesia dengan upah tinggi itu setengah mati ya kan, ya kan, ya kan? Masih bisa kerja itu "sesuatu" bagi buruh Indonesia, yang "kasihan" sudah kebal untuk tidak dikasihani.Â
Bagi yang belum tahu, Kaitz Index adalah metode yang kerap dipakai untuk mengukur tinggi-rendahnya suatu upah minimum dengan membandingkan (1) besaran upah minimum dengan (2) median upah di wilayah tersebut.
"Dengan menggunakan Kaitz Indeks, besaran upah minimum saat ini hampir di seluruh wilayah sudah melebihi median upah. Bahkan, Indonesia menjadi satu-satunya negara dengan Kaitz Index lebih besar dari 1, di mana idealnya berada pada kisaran 0,4 sampai dengan 0,6," kata Ida dalam siaran persnya, Rabu (17/11), dilansir dari iNews.
Maka lagi-lagi tersirat pada lamunan saya, mungkinkah peraturan pekerja di Negara Portugal itu dengan lebih memanusiakan pekerja yang tidak dihubungi saat bukan jam kerja akan sama diberlakukan di Indonesia?
Saya sendiri berfirasat tak semudah itu ditengah badai beban kerja yang semakin bertambah bagi para buruh dengan dalih efisiensi tenaga produksi di Indonesia untuk menarik banyak investor.
Apalagi dengan saya yang bekerja di sektor telekomunikasi, 24x7 hari standby on call, juga harus melakukan preventive maintenance sebanyak 30 lokasi menara telkomunikasi setiap bulan dan itu sendirian.
Tentu apa yang menjadi kebijakan Negara Portugal tentang pekerja yang tidak boleh dihubungi ketika bukan jam kerja tidak berlaku pada saya terlepas stand by on call 24 jam dan jam kerja umumnya jam delapan pagi hingga empat sore.
Saya turut berdoa saja semoga pekerja atau buruh yang lain juga menikmati hal yang sama dengan pekerja Portugal, meski saya tak mungkin begitu, hitung-hitung saya berkontribusi doa kepada buruh di Indonesia.
Saya masih sadarlah, tak mau menuntut ini itu. Ini Indonesia bung, "this one Indonesia"! Meminjam tukang taksi yang viral di media sosial beberapa tahun yang lalu, saat mobil taksinya di tabrak mobil belakang milik seorang bule, yang pada intinya supir taksi itu menjelaskan sang penabrak untuk ganti rugi di Jakarta, masih ingat kan? Harusnya masih lah belum lama koh.
Keinikan UMR yang hanya satu persen berlaku nasional ini, juga memudarkan harpan banyak orang tentunya meski kabar dari media sana seperti menyegarkan sekali bagi saya dan teman-teman buruh.
"Perusahaan ditindak hukum oleh negara bila menggaji karyawan dibawah UMR yang ditetapkan Provinsi kata Direktur Jendral Pembinaan Hubungan Industri dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja dikutip Detik.com (17/11)".
Lah wong UMR keseluruhan aja tinggi angkanya jutaan, tetapi rendah untuk daya beli, ya sama aja bayaran UMR itu murah. Tapi serius, memang layak dihukum itu bila perusahaan menggaji ada dibawah UMR, ketara gak sih gak manusiawi bangat?
Secara ya sekarang ini kebutuhan sehari-hari mahal, saya ingat bagaiamana kawan perjuangan saya dengan hanya gaji umr daerah cilacap jawa tengah yang hanya kisaran dua jutaan. Untuk bayar listik dan air PDAM saja sudah 400ribu perbulan untung dia rumah gak ngontrak, coba ngontrak yang harga kontarakan di Cilacap 400 ribu juga?
Oleh  karena itu fix dengan UMR yang hanya naik seuprit ini sudah dipastikan nasib buruh tidak akan lebih baik dalam satu tahun kedepan. Jika tahun depan juga naik seuprit lagi? Ya harapannya juga seuprit pengahasilan dari gajihnya yang bisa nambaih untuk ini itu menuju hidup layak.
Perlu di ketahui bersama banyak perusahaan termasuk perusahaan saya yang hanya menggaji maksimal UMR saja. Tetapi ingat kata mentri ketenagakerjaan Indonesia, banyak bersyukur karena bersyukur dibalik membuat hati tentram juga mungkin diharapkan membuat keinginan akan memenuhi kebutuhan ini dan itu menjadi kenyang bagi para buruh di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H