Ia menyangka seburuk apapun suaminya adalah hal yang harus dirasakannya, itu merupakan cerminan dirinya, dimana ketika dirinya justru menantangnya, yang ada hanya pertikaian yang tidak ada habisnya dan dapat berujung pada perpisahan yang mungkin diri sang wanita dewasa itu sudah mengikat kencang akan konsekwesi yang harus disadari sedari awal saat menginginkan sebuah pernikahan.
Kenyataannya titik kedewasaan, memang sulit untuk ditetapkan pada diri manusia. Karena yang tersisa pada sikap dewasa adalah menerima. Setiap orang harus menerima dirinya dan orang-orang yang sudah dipilihnya meskipun tidak sesuai dengan harapannya.
Namun sebagaimana harmonisnya sebuah hubungan tetap saja ada krikil-krikil pertengkaran kecil yang harus dilalui. Sebab kedewasaan adalah hormon, dan hormone itu berbeda-bede setiap harinya dengan tantangan keadaan diri dan pikirannya disini dan saat ini.
Mungkin kedewasaan itu bentuk dari rasa menerima untuk menyadari, pertengakran seperti apapun tetap akan terjadi dibalik egoisme dari bentuk kedirian seseorang. Manusia hanya dihadapkan pada control dari pemikirannya untuk memutuskan apa yang baik untuk mereka. Sekali lagi kedewasaan adalah sikap dari rasa terima yang harus mereka lakukan untuk meredam keputusan apa yang justru akan merugikan segala-galanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H