Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masyarakat Global, Manusia, dan Transformasi Hidup

1 Maret 2021   09:05 Diperbarui: 1 Maret 2021   09:20 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saat semua mulai bertumbuh, tidak satupun manusia yang ingin tenggelam. Tetapi dalam peradaban masyarakat global saat ini, semua terbuai dengan diri sebagai pusat tata surya baru dalam bingkai enegri daya hidup".

Mungkin tidak akan sulit bagaimana menjawab sendi-sendi kehidupan yang telah berubah. Lompatan kebudayaan, lompatan teknologi, dan lompatan pada mode-mode hidup kini.

Tidak dipungkiri semua itu, yang saat ini sedang terjadi dengan luapan yang sangat dasyat menuju transforasi masyarakat global berkat social media. Tidak ada yang namanya kota maupun desa dalam gaya hidup serta pandangan hidup bagi masyarakat.

Saya memang tercengang pada fenomena dewasa ini. Tetapi dalam masa apapun itu, masyarakat global sebagai barometer dalam menjalani hidup. Seyogyanya memang harus benar di transformasikan dan diadaptasikan gaya kehidupannya sesuai dengan kapasitas diri manusia memandang kehidupan pada setiap zamannya.

"Siapapun manusia yang tidak mampu beradaptasi pada jamannya, disitulah manusia akan terbuang oleh zaman. Namun bentuk adaptasi apapun itu adalah langkah bagaimana manusia mampu bertahan pada jaman hidupnya sendiri".

Sebab apapun, pergolakan baik dari gaya hidup, gaya pemikiran, ataupun gaya-gaya baru sebagai bingkai kehidupan dalam kebudayaan dari yang mungkin dikatakan tradisional ataupun modern merupakan buah masa yang ada pada jamannya. Dan itu tidak mungkin dapat diingkari satu manusia pun.

Untuk itu beragam transformasi hidup dilakukan dari yang konservative hingga modern. Hidup minimalis ataupun hidup hedonis. Semua adalah bentuk dari mode-mode baru yang harus dipilih manusia dewasa ini.

Saat ini dengan teknologi yang maju. Media social yang sebegitu kuat dalam mengintervensi manusia, apakah memang dalam menghadapi jaman ini manusia harus lari dari kenyataan hidupnya? Atau mungkin, bahkan harus mengutuk jaman ini dengan berbagai aspek kemajuannya? Apakah manusia memang seharusnya hidup mengalir mengikuti zaman?

Pilihan apapun dalam hidup saat ini, bukan ditentukan oleh siapapun melainkan diri sendiri yang seharusnya menentukan itu. Berbagai tawaran gaya hidup yang ditawarkan tidak dipungkiri dapat memudahkan dan juga dapat pula memberatkan itu adalah pilihan manusia itu sendiri.

Seperti apa yang menjadi ideology orang-orang minimalis, yang secara ide ingin menyederhanakan hidup, mungkin itu suatu bentuk adaptasi dalam memandang suatu gaya hidup.

Begitu juga dengan para hedonis yang mengidealkan suatu kepuasan dalam memaksimalkan potensi hidup dengan kemudahan zaman yang ditawarkan itupun suatu bentuk pilihan hidup.

Tetapi yang harus diingat menjadi masyarakat global sendiri adalah mudahnya mengakses informasi yang disatu sisi dapat membantu kehidupan dan disisi lain juga menghancurkan kehidupan manusia itu sendiri.

Maka dari itu tidak salah jika majunya teknologi tetapi direspon oleh orang-orang yang tak mau terlalu banyak sampah informasi saat ini melakukan puasa media social. Namun disisi lain bagi para pemburu informasi dan mungkin yang menggunakan informasi itu sebagai daya produktivitas.

"Informasi adalah jalan mereka memaksimalkan potensi, dimana kegalauan informasi tersebut menjadi pola membentuk kreativitas baru seperti para penulis, youtuber, maupun orang-orang yang berkeinginan untuk mengisi pikirannya dengan banyak informasi saat ini, yang berkembang dimedia social sebagai sarana hiburan".

Ditambah dimasa pandemic saat ini, dimana banyak dari masyarakat global yang mobilisasi aktivitasnya sehari-hari dibatasi. Media social sebagai sarana interaksi adalah penopang utama koneksi masyarakat global, tidak terkecuali orang-orang yang hidup dipedesaan.

"Teknologi tidak membatasi sekat peradaban melainkan peradaban sendirilah yang saat ini dibangun mulai dari media social akibat dari majunya teknologi yang semakin tidak bisa dilepaskan oleh manusia".

Melekatnya teknologi bagi manusia kini, mungkinkah semua lini memang dimudahkan? Juga dengan berkembangnya informasi, apakah media social sendiri adalah jarak bagi setiap generasi itu untuk saling bertukar pengetahuan?

Sebab ada jarak antara setiap generasi pra milenial maupun pasca milenial merupakan ukuran jarak dari pemisah dan penghubung dalam kebudayaan saat ini. Mungkin kejadiannya, media social yang saat ini sangat dominan adalah hal yang paling berpengaruh itu dari dasar hidup manusia.

"Bawasanya ketimpangan setiap generasi sendiri antara pra milenial dan pasca milenial itu nyata adanya meski dari setiap generasi sendiri ada kelebihan dan kekurangan masing-masing bagi perjalanan hidup manusia".

Mungkin pra milenial dalam hal kebudayaan hidup misalnya menikah. Karena informasi tidak sekompleks saat ini dimana eksistensi tidak hanya didunia nyata tetapi juga di dunia maya. Tidak dipungkiri itu juga menjadi batu sandungan jaman tersendiri saat ini bahwa menikah tidak hanya ingin berkeluarga bagi para pemuda.

"Lebih dari itu menikah saat ini ibarat sebuah institusi yang benar sangat transaksional baik dalam hal kemapanan hidup maupun tren menikah yang mungkin secara ideologis tertentu untuk menghindari hal yang dilarang agama seperti sex bebas dan sebaginya".

Maka dengan adanya ideology menikah menghindari hal yang dilarang agama, maupun gaya dari transaksionalnya pernikahan saat ini, mungkinkah kedua hal tersebut yang mempengaruhi adanya nikah muda dan nikah tua saat ini?

Saya kira itu adalah suatu indicator yang pasti dan kompleksnya hidup dimasyarakat global, moderisasi pemikiran, serta banyak lagi kebudayaan hidup yang telah berubah. Disitulah kita sebagai manusia kini akan dihadapkan realitas yang pilu dalam membangun hubungan antar manusia dalam transformasi budaya ini dijaman masyarakat global ini.

Untuk itu sebuah kerelaan dalam membangun hubungan kini sebagai sebuah reproduksi untuk melanjutkan kehidupan sendiri dalam bingkai "pernikahan" melangengkan spesies manusia, tidaklah sesederhana pra milenial melainkan sudah sangat transaksional zaman ini, yang semua mengacu pada apa yang bisa didapatkan oleh manusia itu sendiri untuk dirinya.

Sebab tidak lain saat ini dengan peradaban semakin rasional, pendidikan manusia, bertindak menggunakan logika untung rugi bagi diri disitulah egoisme manusia yang tidak dapat dilepaskan oleh manusia modern.

Karena manusia modern yang bermasyarakat secara global, dirinya sendiri merupakan pusat kehidupan yang terus diperhatikan dalam berbagai aspek kehidupan. Yang mau tidak mau dirinya adalah pusat dari bagaimana dunia harus memperlakukan dirinya masing-masing sesuai apa yang diharapkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun