Begitu juga dengan para hedonis yang mengidealkan suatu kepuasan dalam memaksimalkan potensi hidup dengan kemudahan zaman yang ditawarkan itupun suatu bentuk pilihan hidup.
Tetapi yang harus diingat menjadi masyarakat global sendiri adalah mudahnya mengakses informasi yang disatu sisi dapat membantu kehidupan dan disisi lain juga menghancurkan kehidupan manusia itu sendiri.
Maka dari itu tidak salah jika majunya teknologi tetapi direspon oleh orang-orang yang tak mau terlalu banyak sampah informasi saat ini melakukan puasa media social. Namun disisi lain bagi para pemburu informasi dan mungkin yang menggunakan informasi itu sebagai daya produktivitas.
"Informasi adalah jalan mereka memaksimalkan potensi, dimana kegalauan informasi tersebut menjadi pola membentuk kreativitas baru seperti para penulis, youtuber, maupun orang-orang yang berkeinginan untuk mengisi pikirannya dengan banyak informasi saat ini, yang berkembang dimedia social sebagai sarana hiburan".
Ditambah dimasa pandemic saat ini, dimana banyak dari masyarakat global yang mobilisasi aktivitasnya sehari-hari dibatasi. Media social sebagai sarana interaksi adalah penopang utama koneksi masyarakat global, tidak terkecuali orang-orang yang hidup dipedesaan.
"Teknologi tidak membatasi sekat peradaban melainkan peradaban sendirilah yang saat ini dibangun mulai dari media social akibat dari majunya teknologi yang semakin tidak bisa dilepaskan oleh manusia".
Melekatnya teknologi bagi manusia kini, mungkinkah semua lini memang dimudahkan? Juga dengan berkembangnya informasi, apakah media social sendiri adalah jarak bagi setiap generasi itu untuk saling bertukar pengetahuan?
Sebab ada jarak antara setiap generasi pra milenial maupun pasca milenial merupakan ukuran jarak dari pemisah dan penghubung dalam kebudayaan saat ini. Mungkin kejadiannya, media social yang saat ini sangat dominan adalah hal yang paling berpengaruh itu dari dasar hidup manusia.
"Bawasanya ketimpangan setiap generasi sendiri antara pra milenial dan pasca milenial itu nyata adanya meski dari setiap generasi sendiri ada kelebihan dan kekurangan masing-masing bagi perjalanan hidup manusia".
Mungkin pra milenial dalam hal kebudayaan hidup misalnya menikah. Karena informasi tidak sekompleks saat ini dimana eksistensi tidak hanya didunia nyata tetapi juga di dunia maya. Tidak dipungkiri itu juga menjadi batu sandungan jaman tersendiri saat ini bahwa menikah tidak hanya ingin berkeluarga bagi para pemuda.
"Lebih dari itu menikah saat ini ibarat sebuah institusi yang benar sangat transaksional baik dalam hal kemapanan hidup maupun tren menikah yang mungkin secara ideologis tertentu untuk menghindari hal yang dilarang agama seperti sex bebas dan sebaginya".