Tetapi yang lebih membuat menarik sendiri adalah Moeldoko, Kepala staff kepresidenan pemerintah Jokowi, yang dituding menjadi dalang adanya isu kudeta ditubuh kepemimpinan partai demokrat.
Alasan Moeldoko sebagai dalang sendiri dipertegas oleh Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra. Dimana dirinya menyatakan jika upaya pengambilalihan partainya oleh Moeldoko itu dilatari untuk kepentingan 2024.
Namun berbagai pertanyan saya, apakah mengambil alih kepemimpinan partai sendiri akan semudah mengambil kacang dari orang lain? Inilah yang terkadang membuat saya bertanya-tanya.
Untungnya dengan berbagai pertanyaan saya, Moeldoko membuka suara terkait dengan tudingan itu. Moeldoko sendiri menjelaskan, sebagai mantan Panglima TNI, ia kerap didatangi tamu, termasuk beberapa kader Partai Demokrat.
Untuk itu, apakah obrolan-obrolan kecil tentang partai demokrat sendiri dijadikan isu nasional oleh demokrat dan AHY, dimana untuk mengkudeta sendiri kepemimpinan partai tidaklah mudah dilakukan?
Dilain sisi Moeldoko sendiri juga mejelaskan para tamunya tersebut yang disinyalir kader partai demokrat menyampaikan kondisi internal partai demokrat.
Bukankah sesama actor-aktor politik wajar bila bercerita satu sama lian tentang politik? Moeldoko sendiri juga mengaku hanya mendengar cerita tersebut tanpa memberikan masukan maupun saran pada kader demokrat yang menjadi tamunya.
Menjadi pertanyaan, mungkinkah Partai Demokrat apa pada masa, dimana partainya berpotensi mengalami keretakan sehingga isu seperti kudeta kepemimpin partai, yang mungkin tidak akan terjadi itu ditampilkan ke public sebagai suatu isu?
Atuakah benar adanya partai demokrat diambang perpecahan? Sebab politikus senior Partai Demokrat HM Darmizal menyebut mantan Panglima TNI Moeldoko sosok yang baik untuk memimpin Partai Demokrat saat ini?
Dimana menurutnya, Moeldoko memiliki karakter yang cocok untuk menjadi pemimpin Demokrat karena terbuka bertemu dengan semua orang atau kelompok seperti apa yang diucap Darmizal dalam konferensi pers di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan pada Selasa (2/2)?
Dengan semakin terangnya isu kudeta Partai Demokrat ini, mungkinkah bukan Moeldoko yang mengkudeta, melainkan mantan kader dan kader aktif partai demokrat itu sendiri yang memberi sinyal untuk mereformasi partai demokrat?