Tidak dipungkiri diera media yang semakin maju, informasi apapun cepat berkembang tidak terkecuali dari dalam dunia politik itu sendiri.
Gegernya ucapan  Ketua DPC Gerindra Jakarta Timur, Ali Lubis meminta Anies Baswedan untuk mundur dari jabatannya sebagai gubernur DKI Jakarta jika memang tak lagi sanggup menangani pandemic covid-19 menjadi berita menarik akhir-akhir ini.
"Sebelumnya Ali Lubis mengkritik sikap Anies Baswedan yang meminta pemerintah pusat mengambil alih penanganan Covid-19 di wilayah Jabodetabek. Menurut dia, sikap itu menimbulkan tanda tanya besar".
Memang jika ditelaah secara gamblang, tentu apa yang diucapkan Ali Lubis sebagai masyarakat tidak salah mempertanyakan itu.Â
Dan penegasannya sendiri terhadap Anies Baswedan untuk mundur dari jabatan bila tak mampu menangani covid-19 sebagai masyarakat Jakarta sendiri memang wajar dalam demokrasi mengkritik kebijakan pemerintah.
Namun yang menjadi polemic public sendiri, Ali Lubis adalah Ketua DPC Gerindra Jakarta Timur yang sebelumnya menjadi pendukung Anies Baswedan di pilgub 2017 lalu.Â
Maka dari itu tidak salah bila pernyataan yang diucapkan Ali Lubis membuat geger dunia politik itu sendiri.
Untuk itu dengan adanya nada kritis pada Anies Baswedan dari dalam pribadi Ali Lubis sebagai masyarakat Jakarta sekaligus Ketua DPC Gerindra Jakarta Timur.Â
Mungkinkah itu adalah suatu tanda lonceng kematian dukungan Anies Baswedan di pilgub 2022 sudah berbunyi?
Seperti diketahui berdasarkan draf revisi undang-undang pemilu dan pilkada yang masuk dalam program legislasi nasional (prolegnas) prioritas DPR 2021 mengatur tentang rencana Pilkada serentak selanjutnya pada tahun 2022 dan 2023.
Pilkada 2022 akan diikuti oleh 101 daerah yang menggelar pilkada pada 2017. Provinsi DKI Jakarta termasuk di antaranya