Jika kau mencari kebahagiaan, bukankah hidup manusia bersanding pula dengan kesedihan? Ingin kekayaan, bukankah harus melihat dan merasakan suatu kemiskinan yang bisa saja tidak dapat ditolak?
Kaya dan miskin tidak harus dengan memiliki banyak atau sedikit harta, tetapi dengan kemiskinan akan karakter menjadi manusia itu sendiri, yang pada akhirnya membuat hidup selalu salah dalam memandang suatu kebenaran menjadi manusia itu sendiri itu juga merupakan suatu kemiskinan yang nyata didalam diri manusia.
Apakah kita pernah bertanya pada diri, untuk apa kita hidup di dunia ini? Mungkinkah kita hanya akan memandang harta yang berlimpah tanpa membangun sebuah karakter dalam menguatkan hidup itu sendiri?
Ataukah kita memang hidup didunia untuk memandang itu dan hanya akan mencari harta untuk kenikmatan-kenikmatan hidup dunia, yang sudah pasti dibalik kenikmatan ada kesengsaraan?
Harapan pada hidup yang tinggi, pada akhirnya ketika harapan itu menggebu-gebu, hanya akan menjadi sebuah konflik dalam diri. Apakah kita sebagai manusia sangat anti pada kehilangan-kehilangan harapan yang dapat saja sirna?
Seperti matahari yang bersinar pada siang, bulan yang terlihat dimalam hari, harapan pun seperti itu, ia tidak akan pernah tentu menjadi sebauh jawaban akan pertanyaan-pertanyaan diri atas keinginannya sendiri sebagai manusia yang berubah-ubah.
Dan bukankah secara pasti harapan berjodoh dengan kekecewaan? Bukankah tanpa harapan dan meneriman hidup apa adanya, diri-diri manusia itu tidak terbebani dalam memandang hidup? Kenyatanya manusia tahu harapan menyiksa dirinya, tetapi sedkit orang yang sadar akan itu.
Manusia terus terbuai oleh janji ketertarikan pada tubuh dan pikirannya sendiri, bawasannya hidup, harus merasakan apapun yang menjadi bagian dari harapan dan keinginannya sendiri.
Naasnya manusia tidak hanya berharap pada dirinya sendiri tetapi juga berharap pada orang lain untuk dapat saling memenuhi harapannya.
Disitulah akar konflik yang secara tradisi sendiri selalu mengancam manusia. Karena sebenarnya harapanlah dan saling mengahrapkan dirinyalah yang menciptakan sebuah konflik dalam bait kehidupan manusia.
Maka dari itu keprihatinan dalam hidup sendiri tidak lain berakar pada keinginan dan harapan yang kita gantungkan tinggi pada hidup.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!