Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sindir Milenial, Megawati Ingin Ditenggelamkan?

29 Oktober 2020   07:27 Diperbarui: 29 Oktober 2020   07:31 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam beberapa hal, mungkin benar, apa sumbangsi milenial pada bangsa dan Negara saat ini?

Saya kira Megawati tidak sendiri yang mempertanyakannya di hari sumpah pemuda 28 Oktober 2020.

Banyak generasi lanjut usia yang mempertanyakan, apa sih sebenarnya sumbangsi milenial pada kehidupan berbangsa dan bernegara?

Tetapi saya kira hidup tanpa milenial, yang jelas generasi sendiri akan mandeg sebagai roda dari jalannya kehidupan.

Sebab milenial sendiri adalah regenerasi kehidupan yang mungkin saat ini belum diketahui apa karya dari milenial tersebut.

Termasuk diri saya sebagai milenial, sayapun tidak tahu apa sumbangsi saya pada bangsa dan Negara. Tetapi saya punya suatu keyakinan bawasannya hidup. Secara otomatis menuntut siapapun untuk berkarya termasuk orang-orang milenial lain selain saya.

"Sebuah karya ibaratnya akan lebih harum ketika orang yang membuat karya tersebut sudah mati. Dan setelah generasi milenial tiada, disitulah akan harum nama dan setiap bait karya-karyanya".

Maka dari itu, bukankah milienial kini sedang hidup untuk berkarya menjalani kehidupan mereka? Dimana hasil sendiri jika dipandang tetap saja tidak harum karena karya itu belum ditinggalkan pada generasi berikutnya?

Untuk itu sumpah pemuda dulu, saat ini harum tentu karena memang gerakannya sendiri dapat dicontoh dan diwariskan.

Apakah dulu tidak ada pertentangan dari pemerintah Kolonial Belanda sumpah pemuda itu di jamannya? Saya kira tetap saja narasinya pemerintah Kolonial Belanda tetap tidak menganggap pemuda itu membanggakan, hanya menyusahkan pemerintah Kolonial waktu itu.

Bukankah dengan sindiran megawati terhadap milenial "pemuda" nuansanya ada suatu anggapan yang mendeskriditakan pemuda yang saat ini sedang demonstrasi tolak omnibus law?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun