"Sebab tidak ada kepuasan dalam karya saat masih hidup, termasuk milenial kini yang seperti tidak ada karya yang dibanggakan untuk bangsa dan Negara dan cenderung di deskriditkan penguasa".
Ibaratnya seperti menantu ada yang bilang kalau jauh harum namanya, kalau dekat tetap saja pahit. Mungkin seperti itu ungkapan tanya sumbangsih milenial. Tetap pahit karena kini masih dalam tahap berkarya milenial itu.
Untuk itu saya kira, Megawati sah saja mempertanyakan milenial. Ditambah Megawati sebenarnya mengkritik milenial yang hanya bisa demo, serta anarkis dengan merusak halte saat demonstrasi.
Tetapi sebagai ungakapan penguasa, Megawati tidak salah bebicara milenial seperi itu, terkesan mendeskriditkan milenial.
Mungkin itulah juga yang dikatakan dulu, para penguasa saat pemuda berdemonstrasi atau memperjuangkan kemerdekaan turun ke jalan, yang sama menggap bahwa pemuda ditanya sumbangsinya apa pada bangsa dan negara oleh penguasa.
Pemerintahan Kolonial Belanda mungkin beranggapan , pemuda Indonesia yang tergabung dalam sumpah pemuda atau pemuda-pemuda yang memperjuangkan kemerdekaan jaman belanda dulu.
Saya kira oleh pemerintah Kolonial Belanda juga sama dianggap "pemuda" yang dipertanyakan sumbanginya, hanya membuat onar dan mengancaukan pemerintah kolonial Belanda, bahkan menggoyangkan eksistensinya.
Jika pemuda dulu membuat suatu gerakan menentang kebijakan pemerintah Kolonial bahkan menggugat kemerdekaan. Narasi penguasa selalu saja menggiring opini, yang sedang berjuang melawannya yakni orang tidak ada kerjaan dan minim sumbangsih pada negara.
Bukankah setiap gerakan seperti sumpah pemuda dulu 1928, saat ini ketika jaman itu sudah dilampaui, terus dikenang? Dimana pasti sumpah pemuda dulu dijaman Kolonial Belanda diangap hanya duri?
Memang saat kepentingan kekuasaan dikoyak-koyak pemuda disitulah narasi-narasi bawasannya menganggap pemuda hanyalah debu, sudah pasti akan dinarasikan kekuasaan.
Tetapi meski milenial kini tidak diperhitungkan karya dan sumbangsinya pada bangsa dan Negara. Tetapi milenial saat ini dibanding pemuda jaman dulu, sangat punya gerakan efektif meski terkesan diam dan hanya segelintir orang yang masih mau turun ke jalan.