Dalam beberapa hal, mungkin benar, apa sumbangsi milenial pada bangsa dan Negara saat ini?
Saya kira Megawati tidak sendiri yang mempertanyakannya di hari sumpah pemuda 28 Oktober 2020.
Banyak generasi lanjut usia yang mempertanyakan, apa sih sebenarnya sumbangsi milenial pada kehidupan berbangsa dan bernegara?
Tetapi saya kira hidup tanpa milenial, yang jelas generasi sendiri akan mandeg sebagai roda dari jalannya kehidupan.
Sebab milenial sendiri adalah regenerasi kehidupan yang mungkin saat ini belum diketahui apa karya dari milenial tersebut.
Termasuk diri saya sebagai milenial, sayapun tidak tahu apa sumbangsi saya pada bangsa dan Negara. Tetapi saya punya suatu keyakinan bawasannya hidup. Secara otomatis menuntut siapapun untuk berkarya termasuk orang-orang milenial lain selain saya.
"Sebuah karya ibaratnya akan lebih harum ketika orang yang membuat karya tersebut sudah mati. Dan setelah generasi milenial tiada, disitulah akan harum nama dan setiap bait karya-karyanya".
Maka dari itu, bukankah milienial kini sedang hidup untuk berkarya menjalani kehidupan mereka? Dimana hasil sendiri jika dipandang tetap saja tidak harum karena karya itu belum ditinggalkan pada generasi berikutnya?
Untuk itu sumpah pemuda dulu, saat ini harum tentu karena memang gerakannya sendiri dapat dicontoh dan diwariskan.
Apakah dulu tidak ada pertentangan dari pemerintah Kolonial Belanda sumpah pemuda itu di jamannya? Saya kira tetap saja narasinya pemerintah Kolonial Belanda tetap tidak menganggap pemuda itu membanggakan, hanya menyusahkan pemerintah Kolonial waktu itu.
Bukankah dengan sindiran megawati terhadap milenial "pemuda" nuansanya ada suatu anggapan yang mendeskriditakan pemuda yang saat ini sedang demonstrasi tolak omnibus law?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!