Terkadang fiksi indah dalam setiap hubungan pria dan wanita selalu mengimajinerkan tokoh-tokoh panutannya, dimana nantinya jalinan cinta yang mereka jalin sebisa mungkin mirip dengan tokoh panutannya tersebut.
Ya, tidak salah, cinta adalah imajinasi, dimana ia terus akan ada dalam pikiran-pikiran manusia yang sedang jatuh cinta. Tetapi apakah cinta memang harus seperti apa yang dinarasikan sebagai sebuah fiksi pikirannya sendiri?
Nyatanya cinta memang buah-buah dari kesepakatan antara pria dan wanita, yang berhubungan dimulai harus dengan keputusan berani memulainya, apapun konsekwensinya nanti dalam menjalani sebuah hubungan.
"Tak ubahnya jika ingin berhasil berhubungan cinta yang terpenting adalah jalan saja dulu. Tidak pernah mau memulai berarti gagal dalam jalinan hubungan cinta ".
Memang dilematis ketika banyak alasan menjadi dasar dari gagalnya menjalin hubungan cinta. Saya kira jika siapapun beralasan takut dan sebagainya. Belum nyaman dengan seseorang, juga beralasan enggan memulai hubungan cinta takut putus atau bercerai. Bahkan kenangan masa lalu menghantui dan tidak mau terulang  ketika mau menjalin hubungan cinta baik dalam hubungan pacaran atau pernikahan.
Tentu seseorang tersebut hanyalah sedang menarasikan sebuah alibi, yang pada dasarnya tidak mau berhubungan cinta dengan kita. Apakah jika memang seseorang itu benar-benar memang dicintainya akan rela kehilangan cinta orang tersebut?
Saya kira cinta tetap akan memperjuangkan seseorang yang dicintainya apapun keadaannya. Tetapi jika seseorang di cintai tetapi tidak mau menjalin hubungan, itulah tanda bahwa seseorang tersebut tidak pernah mencintai kita. Dan untuk apa juga kita memperjuangkan cinta yang tidak ada kepastian itu untuk dapat dijalani.
"Niat baik dalam membangun visi berhubungan cinta tidak akan menemukan kata rugi. Karena sesungguhnya orang yang baik apapun keadaannya tetap tidak akan pernah merugi walau direspon sumir cintanya oleh orang lain"
Untuk itu bukti dalam sebuah kenyataan bahwa seseorang tersebut tidaklah mau berhubungan cinta dengan kita. Tentu jika mencintai tidak ada alasan untuk menolak apapun alasannya. Karena cinta adalah keterwujudan untuk memulai, bukan untuk beralasan satu sama lain menunda menjalani hubungan cinta.
Saya kira kenyamanan dalam cinta, bisa saja terjadi nanti setelah hubungan itu terwujud dalam kesepakatan menjalin cinta bersama antara pria dan wanita. Yang harus dibuktikan terlebih dahulu dalam hubungan pacaran atau menikah sebagai pasanganya nanti.
Jika memang kenyamanan dirasakan bukan dari praktek dan hanya ada didalam pikiran, mungkinkah itu dapat dikatakan suatu kenyamanan yang bener-benar nyaman dalam menjalin suatu hubungan percintaan?
Bukankah jika seperti itu hubungan cinta hanya dalam imanji manusia saja, tidak pernah terwujud dalam bingaki kenyataan membangun hubungan cinta itu sendiri? Supaya kita tahu dimana kualitas diri kita dalam memulai sebuah komitmen dalam hubungan percintaan kita.
Apakah kita memang bercinta untuk main-main saja, atau memang kita dalam cinta mempunyai visi yang luhur sebagai seorang manusia yang ingin menjalin cinta? Tetapi kembali lagi sebagai manusia, semua tetap ada ketakutan masa lalu, dimana cinta tidak semudah kepercayaan pada tokoh panutannya tersebut yang dinilai berhasil melakukan praktik cinta.
Menjadi mengherankan mengapa ada saja dalam cinta entah laki-laki atau perempuan, mempunyai visi yang bagus dalam cinta, mengapa ia enggan memulainya berhubungan cinta? Dasarnya jika engan memulai saya kira adalah ketidak adaan dari cinta itu sendiri. Siapapun sebenarnya yang sedang jatuh cinta tidak pernah ada alasan untuk menunda perasaan cintanya tersebut jika memang benar-benar ada rasa cinta.
Hanya orang-orang yang takut dan orang-orang yang tidak punya komitmen, tergolong-orang-orang yang tidak akan pernah merasakan manisnya dari cinta. Meskipun tokoh fiksi dari bahagianya cinta terus di impikan dirinya sebagai cita-cita memadu cinta dalam setiap hubungannya.
"Kesetiaan cinta Romeo dan Juliet atau dengan cinta sejati yang di narasikan dalam hubungan Habibi-Ainun. Semua itu ada karena tindakan dari menjalani cinta itu sendiri bukan hanya bermimpi tentang cinta".
Maka ketika seseorang diajak berhubungan cinta sejuta alasan menarasikan sebuah keengaanan memulai. Sebenarnya disitulah letak tidak adanya cinta tersebut dari seseorang yang diajak menjalin hubungan cinta itu.
Memang benar cinta butuh suatu perjuangan, tetapi apakah perjuangan membuat orang yang kita cintai harus membuat merasa nyaman terelebih dahulu? Sedangakan kita tidak menjalin hubungan pacaran atau pernikahan, istilahnya PDKT apakah harus membuat nyaman terlebih dahulu sebagai ukuran?Â
"Kenyamanan dan perjuangan cinta ada pada setelah kita menjalani cinta itu sendiri, jika belum jalan tetapi menuntut ini dan itu, salah satunya kenyamanan dan dijadikan untuk beralasan sebagai dalih menjalin cinta adalah sebuah kekeliruan"
Sejatinya ilusi kenyamanan tidak menjamin adanya cinta itu. Sebenarnya cinta adalah awal dari ketidaknyamanan perasaan-perasaan kita yang ingin selalu bersama, hasrat tinggi untuk menajalin cinta, dan ada perasaan tidak nyaman jika cinta itu tidak kunjung diwujudkan.
Maka tidak salah dalam kekeliruan cinta karena ilusi kenyamanan dan merasa sudah mendapatkan semua kenyamanan dari pasangan, itulah awal dari kebosanan muncul, hal yang menjadi rusaknya hubungan cinta tersebut karena diberi suatu kenyamanan terlebih dahulu tetapi tidak ada status hubungan tersebut.
Oleh sebab itu jika memang gebetan kita atau seseorang yang kita ajak dalam berhubungan cinta banyak beralasan sampai dengan kenyamanan, ketakutan masa lalu, dan sebagainya upaya menyangkal menjadi dasar menolak niat menjalin hubungan cinta kita denganya, disitulah sebenarnya ketertarikan cinta tidaklah ada pada orang yang bersangkutan dan jangan pernah dipaksa.
Untuk itu keheranan pada seseorang yang saya ajak untuk menjalin cinta itu dalam hubungan pacaran atau menikah sekalian, yang dirinya mengimajinasikan hubungannya ingin seperti sejatinya cinta Habibi-Ainun. Bukankah itu hanya mimpi ketika ia tidak ada keberanian dalam menjalani hubungan dengan orang lain termasuk diri saya?
Keengaan dalam menjalani hubungan meski imajinasi ingin cinta sehidup semati, ingin cinta sejati, dan ingin cinta dunia akherat tetapi tidak pernah menjalani hubungan cinta dengan orang lain terlebih dahulu, ukurannya hanya nyaman sebelum berhubungan, tidak mencoba dengan orang yang benar-benar punya visi menjali hubungan , mungkin semua itu tidak pernah terjadi dalam sebuah impian cinta.
Selamanya orang yang tidak mau mencoba cinta dalam menjalani cinta dalam hubungan tersebut ia akan terjebak pada cinta yang ilusif. Dimana ia ingin dapat kenyamanan dari dirinya sendiri terlebih dahulu dalam menjalani hubungan cinta tetapi tidak akan pernah memberikan kesempatan pada yang lain menjalin hubungan cinta dengannya.
Itulah yang membuat cinta yang seharusnya di ukur dengan praktik menjalani berhubungan terlebih dahulu supaya dapat diukur visi berhubungan, justru hanya dorasakan kenyamanan secara sepihak tetapi dipertanyakan membuat nyaman dipihak lain.
Bukankah itu sering dijalani orang-orang dalam hubungan cinta yang salah, dirinya nyaman tetapi orang lain yang sedang menjalin hubungan tidak tahu visi berhubungan cinta dan bisa terjadi kenyamanannya luntur karena tidak adanya visi dari hubungan tersebut?
Maka dari itu banyak orang-orang yang gagal menjalani cinta karean tidak tahu visi berhubungan cinta itu sendiri? Hanya sebuah ilusi nyaman berasal dari diri sendiri saja tidak dibuktikan dalam praktik menjalani hubungan cinta terlebih dahulu. Disitulah kenyamanan akan membuat suatu kesalahan bahwa kenyamanan ada harusnya itu setelah adanya hubungan bukan sebelum berhubungan cinta.
"Karena senyatanya berhubungan cinta adalah bagaimana seseorang saling menjaga hubungan masing-masing dan visi seseorang dalam berhubungan dibuktikan dengan adanya jalinan cinta terelebih dahulu untuk sama-sama dapat mengukur kedalaman cinta masing-masing".
Apakah; siapapun yang punya niat baik dalam berhubungan cinta dengan seseorang karena alasan belum nyaman, belum ada cinta, dan ketakutan pada masa lalu menjadi dasar orang-orang menolak terlebih dahulu orang-orang yang mempunyai visi dalam menjalin hubungan cinta dengan dirinya?
Saya kira apapun impian manusia dalam menjalin hubungan, mau seperti siapapun bahkan Haibi-Ainun sekalipun. Jelas mimpi itu akan hancur ketika orang takut dalam mencoba hubungan cinta dengan orang lain yang mempunyai visi dalam berhubungan cinta dengannya. Ditambah orang yang dalam mencoba ingin berhubungan dengan diri kita punya visi yang jelas dalam membawa berhubungan cinta akan kemana.
Oleh sebab itu siapapun yang takut memulai berhubungan dengan orang baru, mau berhubungan hanya disadari rasa nyaman, tidak dibuktikan dengan saat menjalani hubungan. Disitulah ia akan terus akan merasakan cinta yang salah ketika ilusi kenyamanan dalam berhubungan pada saat pendekatan ukuran dirinya mau menerima orang lain.
Harus membuat dirinya nyaman terlebih dahulu tanpa tahu bagaimana orang itu mampu dalam menjalin hubungan. Kemudian hanya perasaan sepihak seseorang yang ingin nyaman sebelum berhubungan.
Untuk itu apapun mimpi dari seseorang jika ingin menjalani cinta dunia-akhreat, Â cinta untuk yang terakhir, bahkan bermimpi menjalani cinta sejati seperti Habibi-Ainun, akan hancur mimpi tersebut karena ketakutan menjalani hubungan cinta dengan orang-orang yang punya visi dalam berhubungan.
Karena selama egoisme diri sendiri menjadi ukuran dirinya mau menjalani cinta, tidak dapat menilai seseorang yang lain dalam niat baik berhubungan dengannya, selamanya ia akan terjebak cinta yang salah seumur hidupnya. Karena senyatanya cinta adalah dijalani dalam wujud berhubungan bukan dirasakan terlebih dahulu.
Bukankah buah dirasakan terlebih dahulu ia harus memakan buah tersebut untuk tahu rasanya manis atau pahit? Seperi halnya cinta belum dirasakan dengan menjalani hanya ingin rasa nyaman didepan bukan saat menjali hubungan. Disitulah ia tidak akan pernah tahu rasa dari menjalani cinta itu sendiri, akan merasakan pahit atau manis cinta. Itulah asal muasal dari orang selalu menjalani cinta yang salah.
Habibi-Ainun yang merasakan kesejatian cinta, setia pada pasangan sehidup-semati, itu karena visi dan kecerdasan dalam menjalani hubungan cinta tersebut tidak terhitung seberapa lama kenal, nyaman terlebih dahulu. Mereka hanya penjajagan dua bulan, dimana hanya komitmen cinta dalam menjalin hubungan percintaan yang sangat dikedepankan. Karena hubungan cinta sejatinya harus dijalani dengan sebuah visi berhubungan cinta.
Sekali lagi mimpi cinta sejati akan hancur bila seseorang tidak mau menjalin hubungan dengan orang baru yang mungkin punya niat yang jelas dalam berhubungan cinta. Sifat egois hanya memikirkan diri sendiri harus nyaman dan sebaginya, yang dijadikan ukuran dalam menjalin cinta, disitulah orang selama hidupnya akan merasakan salah dalam jalianan cintanya, membuat tidak beruntung dalam menjalin hubungan percintaan. Sebab cinta orang-orang yang takut mencoba adalah ilusif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H