Bukankah jika seperti itu hubungan cinta hanya dalam imanji manusia saja, tidak pernah terwujud dalam bingaki kenyataan membangun hubungan cinta itu sendiri? Supaya kita tahu dimana kualitas diri kita dalam memulai sebuah komitmen dalam hubungan percintaan kita.
Apakah kita memang bercinta untuk main-main saja, atau memang kita dalam cinta mempunyai visi yang luhur sebagai seorang manusia yang ingin menjalin cinta? Tetapi kembali lagi sebagai manusia, semua tetap ada ketakutan masa lalu, dimana cinta tidak semudah kepercayaan pada tokoh panutannya tersebut yang dinilai berhasil melakukan praktik cinta.
Menjadi mengherankan mengapa ada saja dalam cinta entah laki-laki atau perempuan, mempunyai visi yang bagus dalam cinta, mengapa ia enggan memulainya berhubungan cinta? Dasarnya jika engan memulai saya kira adalah ketidak adaan dari cinta itu sendiri. Siapapun sebenarnya yang sedang jatuh cinta tidak pernah ada alasan untuk menunda perasaan cintanya tersebut jika memang benar-benar ada rasa cinta.
Hanya orang-orang yang takut dan orang-orang yang tidak punya komitmen, tergolong-orang-orang yang tidak akan pernah merasakan manisnya dari cinta. Meskipun tokoh fiksi dari bahagianya cinta terus di impikan dirinya sebagai cita-cita memadu cinta dalam setiap hubungannya.
"Kesetiaan cinta Romeo dan Juliet atau dengan cinta sejati yang di narasikan dalam hubungan Habibi-Ainun. Semua itu ada karena tindakan dari menjalani cinta itu sendiri bukan hanya bermimpi tentang cinta".
Maka ketika seseorang diajak berhubungan cinta sejuta alasan menarasikan sebuah keengaanan memulai. Sebenarnya disitulah letak tidak adanya cinta tersebut dari seseorang yang diajak menjalin hubungan cinta itu.
Memang benar cinta butuh suatu perjuangan, tetapi apakah perjuangan membuat orang yang kita cintai harus membuat merasa nyaman terelebih dahulu? Sedangakan kita tidak menjalin hubungan pacaran atau pernikahan, istilahnya PDKT apakah harus membuat nyaman terlebih dahulu sebagai ukuran?Â
"Kenyamanan dan perjuangan cinta ada pada setelah kita menjalani cinta itu sendiri, jika belum jalan tetapi menuntut ini dan itu, salah satunya kenyamanan dan dijadikan untuk beralasan sebagai dalih menjalin cinta adalah sebuah kekeliruan"
Sejatinya ilusi kenyamanan tidak menjamin adanya cinta itu. Sebenarnya cinta adalah awal dari ketidaknyamanan perasaan-perasaan kita yang ingin selalu bersama, hasrat tinggi untuk menajalin cinta, dan ada perasaan tidak nyaman jika cinta itu tidak kunjung diwujudkan.
Maka tidak salah dalam kekeliruan cinta karena ilusi kenyamanan dan merasa sudah mendapatkan semua kenyamanan dari pasangan, itulah awal dari kebosanan muncul, hal yang menjadi rusaknya hubungan cinta tersebut karena diberi suatu kenyamanan terlebih dahulu tetapi tidak ada status hubungan tersebut.
Oleh sebab itu jika memang gebetan kita atau seseorang yang kita ajak dalam berhubungan cinta banyak beralasan sampai dengan kenyamanan, ketakutan masa lalu, dan sebagainya upaya menyangkal menjadi dasar menolak niat menjalin hubungan cinta kita denganya, disitulah sebenarnya ketertarikan cinta tidaklah ada pada orang yang bersangkutan dan jangan pernah dipaksa.