"Jika tidak ada tugas yang diberikan oleh guru, hanya sekedar menonton TV untuk belajar. Tetap banyak anak-anak yang tidak akan mengikuti karena tidak ada komunikasi dua arah. Berasa belajar tidak hidup, sebab proses belajar adalah mengalir adanya interaksi"
Belum dengan biaya sponsor tayangan di TV, apakah TV dapat gratis? Memang TV tidak butuh biaya oprasional dan sebagianya? Yang pada akhirnya juga menambah biaya pemerintah juga menyewa siaran televisi?
Kurang lebih saya memang setuju kritikan Fahri Hamzah tentang acara TV yang saat ini ditayangkan banyak "omong kosong" dan tidak bermutu. Tetapi setidaknya bermutunya TV, apakah mereka tidak menuruti selera pasar juga dalam menayangkan sesuatu?
Jelas apa yang ditayangkan televisi adalah bisnis. Karena memang televisi adalah bisnis itu sendiri untuk media hiburan konsumennya. Dan jika untuk belajar saya kira tidak akan efektif untuk anak-anak: jika memang tidak di paksa oleh guru dan orang tua untuk belajar di rumah.
Berkaca dari tetangga saya dalam mengajak anak untuk belajar. Kalau memang tidak ada tugas satiap pagi mungkin tidak akan belajar. Ditambah orang tua juga direpotkan dalam pembelajaran itu. Tetapi itulah konsekwensi belajar dirumah.
Jika tugas tidak diberikan dan belajar hanya mengandalkan televisi. Mungkin anak-anak lebih baik main layangan dari pada belajar. Sebab belajar anak-anak karena ada tugas dari guru-guru mereka, bukan karena menariknya belajar di televisi itu adalah pasti.
Dan dengan manfaat subsidi pulsa. Anak-anak bisa belajar ke google yang lebih banyak referensi pengetahuannya dari pada televisi. Bukankah subsidi pulsa tetap lebih baik?
Menurut saya pasti "iya" dari pada bertumpu mengandalkan televisi. Tetapi jika pemerintah kuat dananya menyewa televisi silahkan. Tetap tidak akan efektif juga sebagai metode belajar anak.
Maka dari itu adakah tujuan lain dari krtirik keras Fahri Hamzah mengenai pembelajaran daring melalui TV? Jelas dikatakan ia bukanlah orang yang ada dalam pendidikan, tahu seluk beluk tentang pendidikan juga tidak. Fahri adalah politikus, apakah kritik keras tersebut tentang pembelajaran anak dan subsidi pulsa untuk citra dirinya sebagai politikus yang rajin bersuara? Â Â
Kritik Fahri Hamzah, Alasannya PolitisÂ
Sebagai wakil ketua DPR 2014-2019 yang kini tidak menjabat lagi. Bahkan sudah tidak duduk sebagai wakil rakyat. Fahri Hamzah jika ingin kembali dalam dunia politik haruslah terus melakukaun kritik, supaya gerakan politiknya tetap dikenal masyarakat.