Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jendral Andika: Sinarnya Tenggelam Lagi?

9 September 2020   19:33 Diperbarui: 9 September 2020   23:38 1059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. TNI AD via detik.com

Seperti umumnya teknokrat lain. Ia akan dikenal masyarakat jika memang ada suatu masalah yang menyangkut institusinya.

Maka dengan nama Jendral Andika yang akhir bulan lalu menjadi buah bibir publik. Bahkan jejaknya dinilai menumbuhkan kepemimpinan nasional. Tidak jarang juga publik menyebut dirinya adalah calon potensial capres 2024.

Mungkinkah tidak akan tenggelam namanya jika tidak ada kasus di institusinya lagi? Yang dapat membuat nama Jendral Andika dikenal lagi oleh publik guna berpotensi mendapatkan simpati?

Di era dimana media dominan dalam setiap lini kehidupan. Jalan menuju kekuasaan adalah bagaimana citra itu digambarkan sebagai seorang figure yang diperhitungkan publik dalam senyata bentuk kerjanya.

Dunia politik, saya katakan sebagai dunia citra adalah kemungkinan yang mendekati kenyataan. Bawasanya tawaran dari kekuasaan di sana selalu mempertanyakan citra figure itu sendiri sebagai pertimbangan piliah masyarakat.

Apa yang bisa dia perbuat dari citranya tersebut. Secara definitive itulah penggambaran dirinya di depan publik. Tetapi citra hanya akan menjadi citra kalau memang dia tidak konsisten dengan apa yang menjadi citranya tersebut.

Seperti dulu ketika Joko Widodo menaiki tangga politik dari daerah menuju nasional. Dari Solo Jawa Tengah ke DKI Jakarta, akhirnya untuk Indonesia. Joko Widodo sang presiden dua periode itu.

Tidak lain Jokowi Widodo dapat merangkak sedikit demi sedikit karena memang peran media yang meninggikannya. Berkat citra sederhana dan wajah tidak seperti golongan orang kaya dan oligarki.

Ia dapat menembus batas kepada masyarakat bawah. Sehingga kata tidak mungkin menjadi mungkin berkat citra politik yang dibangunnya dari anak desa sampai menjadi presiden karena dukungan dari rakyat.

"Memang tidak dipungkiri citra itu dibangun melalui bentuk kerja. Asalkan hanya pencitraan saja, saya kira tidak akan mampu mengantarkan seseorang pada tujuannya ditambah tujuan itu adalah jabatan public yang dipilih".

Joko widodo di Solo sedikit banyaknya memang telah bekerja. Kemudian citranya menyusul setelah adanya bentuk kerja tersebut dapat dinikmati dan dicitrakan. Kepala daerah bila memang tidak mengedepankan kerja, selamannya tidak akan pernah mendapat kesempatan memperlihatkan citra itulah kenyataanya.

Tetapi Jokowi Widodo adalah orang yang beruntung dalam politik. Mungkin seribu satu orang seberuntung dia. Bukan hal yang mudah seorang Walikota Solo kemudian dalam karir politiknya dapat menjadi seorang presiden.

Ditambah Jokowi selalu menemukan momen yang pas sebagai citra dulu ketika menjadi walikota Solo. Salah satunya mobil SMK saat kekeringan industri mobil tanah air mongering, serta harapan masyarakat Indonesia dapat memproduksi mobil sendiri.

Jokowi diharapkan menjadi angin segar membawa perubahan pada industri mobil. Dimana ketika Negara tetangga sudah dapat memproduksi mobil sendiri tetapi Indonesia belum. Maka ketika Jokowi membawa konsep mobil SMK, apa lagi dirakit oleh siswa-siswa SMK yang membuatnya kebanggan tersendiri bagi masyarakat.

Begitu juga dengan moment citra Jokowi merakyat. Saya ingat waktu itu ketika Jokowi masih walikota  Solo dan sedang tingginya pamor acara Opera Van Java Trans 7 road show di kota Solo, sedang tenar-tenarnya digandrungi masyarakat Indonesia sebagai hiburan televisi.

Jokowi memperlihatkan watak merakyatnya dengan dirinya juga duduk sama-sama dengan penonton. Dimana dari sanalah citra merakayat Jokowi tersorot media dan melekat menjadi citra dirinya sebagai seorang pejabat yang sederhana dan merakyat.

Begitu juga dengan watak blusukannya ke daerah-daerah pemukiman warga sebagai bentuk kerja langsung mendengarkan masyarakat. Membuat dirinya dilebeli dengan pejabat yang giat bekerja.

Maka dari itu kabinet pertama dirinya awal menjabat presiden Indonesia di sebut cabinet kerja, Jokowi menarasikan bawasannya apa yang sudah diraihnya saat itu semua harus dengan kerja, kerja, kerja.

Terkait pro kontra percintaan dan sebagainya. Memang saya tidak sedang menyanjung Jokowi. Saya menulis Jokowi sebagai perbandingan dengan Jendral Andika, yang banyak diperbicangkan ketegasaanya sewaktu merespon anggota TNI yang melakukan penyerarang Polsek ciracas beberapa minggu lalu.

Apakah Jendral Andika dalam melenggangkan citra dapat seperti Jokowi? Nantinya berkat citranya tersebut dapat menjadi seorang presiden? Jelas keberuntungan setiap orang berbeda-beda. Dunia militer berbeda dengan sipil adalah kenyataan.

"Tetapi terkait citra jabatan sipil. Karena ia dalam pemerintahan, asalkan program-progam kerjanya  itu berhasil. Saya yakin citra lebih berpihak jabatan sipil dari pada militer. Maka sebenarnya semenjak kasus penyerangan Polsek Ciracas usai sinar, kebintangan Jendral Andika juga tenggelam".

Dengan dunia militer dapat berlanjut sinarnya jika ada drama-drama baru menyangkut dunia militer sebagi sebuah gejolak di masyarakat baru memungkinkan mendapat citra masyarakat para pemimpin militer.

Maka dari itu apapun sekelas Jendral sekalipun dalam dunia militer jika memang masih ada dalam tugas. Tidak akan pernah dapat bercitra di masyarakat membidik jabatan public sipil. Apalagi membidik jabatan seorang Presiden saat bertugas, saya kira tidak akan mungkin di masa pasca reformasi ini "era demokrasi".

Bukankah Susilo Bambang Yudhoyono sendiri dapat menjadi presiden saat dirinya menjadi mentri di era pemerintahan megawati dulu? Dimana citra dia terbangun dari pemerintahan Megawati itu sendiri sebagai mentri? Dan dapat menjadi presiden dipilih rakyat berkat mantan Jendral militer?

Maka dari itu Jendral Gatot dalam gerakan politiknya sendiri sebenarnya semenjak dirinya purna ingin sekali masuk pemerintahan setidaknya dapat jabatan mentri. Sehingga dapat membentuk citra dirinya untuk dapat merangsak masuk sebagai bursa capres 2024.

Sebab dari sanalah "jabatan mentri" sangat mungkin bisa mengembangkan citra membidik jabatan presiden seperi pendahulunya dulu SBY.

Bukankah saat ini Gatot Nurmantyo juga sangat massif dalam gerakan politik itu sendiri saat sudah purna dari jabatan militer? Saat inilah waktu yang tepat untuk Gatot Nurmantyo mendongkrak citra di masyarakat saat lepas dari militer. Begitu juga sebenarnya Jendral Andika, ia baru dapat bercitra secara efektif ketika sudah purna dari jabatan militer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun