Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pernikahan Anti Makan Cinta dan Sayang

4 September 2020   17:02 Diperbarui: 5 September 2020   12:46 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi titikjambi.com

Karena dunia pernikahan saat ini anti dijalankan hanya atas cinta dan sayang bukan mistos melainkan realita. Ekonomi goyang sedikit "stress" rawan sekali berpotensi perceraian  

Menjalani hidup, kemampuan ekonomi sangat memang diperlukan. bahkan dengan ungkapan bahwa ekonomi adalah alat vitalnya kehidupan itulah nyata adanya. Kasarannya kini, hidup harus punya uang adalah kebenaran utama membeli kebutuhan hidup.

Tetapi mula-mula menjadi manusia harus dapat ikhlas dan waspada sebagai kesadaran. Supaya apapun keadaannya dapat menemukan titik terang. Tidak jatuh pada jurang sesatnya pikiran meskipun sedang krisis ekonomi.

Tidak dipungkiri memang siapa yang tidak stress apa bila sudah berkeluarga, tidak bekerja kena PHK, usaha mengalami kelesuan, sedih tiap hari menganggur, bukankah mungkinkah opsi cerai menjadi solusi?

Sebagai ungkapan lari dari masalah memang benar lebih baik "cerai" bila tidak ingin semakin stress pikiran. Karena dimasa pandemi sangat rawan sekali orang jatuh stress. Bagimana tidak stress anak dirumah saat ini tidak sekolah minta di buatkan PR?

Belum dengan tekanan tidak bekerja dimana dipikiran rasanya mepet tidak ada penghasilan. Anak minta ini, istri butuh itu, maka tidak salah saat ini rawan sekali kekerasan dalam rumah tangga untuk pelampiasan kesetresan pikiran.

Tetapi saya kira alasan kasus perceraian bukanlah nikah muda. Dikarenakan banyak mereka yang menikah muda, juga dapat langgeng-langgeng dan aman-aman saja pernikahannya. Intinya dalam menikah bukan saja siap ekonomi tetapi juga siap mental menghadapi dinamikanya.

Tetapi bukan alasan siap menikah karena ekonomi belum mapan. Meski ekonomi belum mapan asal keduanya antara laki-laki dan perempuan sudah siap mental. Saya kira tetap akan berjalan normal-normal saja.

"Sebeb menikah bagi orang yang siap menikah dan mau berusaha mempertahankan pernikahan itu punya semangat memecahkan bersama masalah pernikahhnya. Istilah pribahasanya: "bersama kita teguh bercerai kita runtuh"

Memang dinamika ekonomi dalam keluarga pasang surut nantinya memang benar harus disadari. Masalah ekonomi pasang surut tidak hanya dialami orang menikah saja, lajang juga merasakannya.

Menikah jika ingin jauh dari perceraian menurut saya, ia harus sudah selsai dengan dirinya. Kemudian secara penuh ingin berkomitmen terhadap keluarganya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun