Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Diri, Ilham, dan Karya Kepenulisan

11 Agustus 2020   20:00 Diperbarui: 12 Agustus 2020   12:58 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buaknkah cita-cita sendiri dari hidup, berasal dari setiap keinginan pikiran manusia? Terdiam dalam lamunan, saya tahu, terkadang keinginan tidak selalu sesuai dengan harapan tetapi dala hidup itu manusia selalu mencoba mengejar harapan.  

Tetapi dalam kebulatan tekad, hidup manusia bukankah ingin selalu bahagia? Dan apakah bahagia harus mewujudkan berbagai keinginan itu? Saya sendiri menganggap bahwa bahagia adalah bebas dalam menentukan sebuah karya sesuai dengan keinginan dirinya.

Ketika kita bekerja untuk dan dari orang lain, kita hanya sebatas; "aku butuh uang untuk hidup, namun dengan perasaan sendiri tidak bahagia. Apa tidak ada kontradiksi dari dalam dirinya sendiri?

Inilah yang saya rasakan sebagai manusia yang berkontradiksi dari dalam diri. Itulah "rasa" yang setiap hari ada didalam ruang kerja konvensional yang saya sedang geluti.

Memang semua dapat disambi ketika mampu. Tetapi apakah setiap orang akan optimal ketika semua hal yang ia lakukan tanpa focus dulu mana prioritas? Termasuk hal apa yang tidak membuat ia bahagia didalammnya manusia lakukan? 

"Saya adalah seorang yang berlebih dalam berpikir. Saya sering tidak focus terhadap apa yang tidak "saya "anggap penting dalam hidup saya sendiri. Saya adalah manusia selektif, bahkan untuk sebuah karya saya, saya sendiri memilih".

Sepertinya kepentingan hidup manusia adalah karya dari setiap apa yang ditulisnya. Karena  dari proses menulis itu jika ia penulis dan dapat diaplikasikan hal lain; dia menemukan dirinya sendiri untuk ia mengerti dan kenali dirinya bersama dengan karyanya. Juga tentang kelebihan berpikir yang memenuhi otak saya adalah buah-buah seripihan diri manusia yakni berwujud saya.

Pada dasarnya ketika seseorang berlebih dalam berpikir, ia hanya butuh teman untuk berbicara. Tetapi dengan orang yang ingin mendengarkan keluh kesah, apakah ada orang yang rela ketika; mereka juga punya masalah yang harus mereka hadapi dalam menjalani hidupnya sendiri?

Harapan pelipur kesepian dan teman "Jodoh" dan pengaharapan merupakan hal yang transcendental, sama-sama mencari kerelaan itu adalah bentuk dari hidup manusia untuk tidak terasing dalam dunianya sendiri. Menjalani kehidupan memang saling membutuhkan, tetapi dalam kebutuhan itu, haruskah ditempuh walaupun membelenggunya sendiri?

Bersama dengan orang yang tepat, atau menemukan dulu orang yang benar secara sinergitas energy saling menerima, itulah yang benar-benar harus ditunggu oleh manusia. Untuk semua itu, saya sendiri menemukan kebebasan dalam berbicara dan didengar melalui semua apa yang ditulis saya sendiri dalam setiap karya-karya saya.

Bukan saya tidak butuh orang lain "butuh". Tetapi bukankah hanya akan menjadi neraka bagi kita; berbicara bukan dengan orang yang tepat dan mengerti diri kita dengan kompleksitas wacana berpikirnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun