Berdetak bagai awan yang semakin pekat dan menghitam disana, lamunan yang terhajar "siang", ada dimana kita saat ini. Apakah sudah menjadi penghuni-penghuni jahanam yang nyata?
Suara burung, tidak lebih aku mengingat bagaiamana diriku yang payah, yang berharap lebih, tetapi justru mengkerdilkan segala sesuatunya.
Dalam bayang ini, bisakah aku tahan terus diriku dari kehendak alamiahku sebagai manusia? Tergambar dalam bayang ini, untaian lagi yang terus mengilhami, mungkinkah kekosongan akan menjadi kosong pada akhirnya?
Tak ubahnya, diriku yang sinting, apakah kalian juga merasa ada suatu kelainan pada "kesintingan" itu di dalam diri manusia? Oh, apakah aku kini telah menjadi jiwa-jiwa yang anti pada sosial? Ataukah, aku hanya orang yang butuh menyendiri sejenak lari dari riwehnya keadaan sosial?
Tetapi bagaiamana, mungkinkah manusia-manusia itu hidup juga mengikuti langkah kakinya sendiri? Sembari berharap bertemu dipersimpangan dalam perjalanannya?
Kabur, manusia hanya kekaburan yang eksis sebagai manusia, tatapi mengapa ada manusia? Belalang itu seperti jawaban, manusia memang mengada sebagai manusia disaat hidupnya tidak sendiri.
Namun kebersamaan seperti pertalian yang mengancam, dapat pula ia menyelamatkan, tetapi bagimanakah ia para manusia yang menganggap dirinya telah gagal? Dan apakah kegagalan itu tidak akan pernah dapat dibaca sebagai yang menyelamatkan?
Bunga indah disana seperti hanya garauan untuk tetap ingin disinggahi, air melaju bagai bah saat hujan dengan intensitas tinggi datang.
Haruskah manusia diam didalam memandang dunianya sendiri? Laut itu tetap membiru, tetapi sebiru-birunya laut, meruapak titik dari bagimana ia akan berarti untuk semestanya.
Dalam berkarya apakah ke iri-an hati akan menjemput nanti? Ataukah dengan ungkapan-ungkapan bising di sana, mungkinkah hanya ungkapan para munafik yang bisanya mencela? Hijaunya pohon jagung, juga pohon bambu di sana.
Saat berkarya, kau tidak sedang membangun dirimu dengan kebisingan, bukan juga dengan kebisuan. Mereka memang belum tentu terkesan dengan caramu berkarya.