Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kehidupan Sudah Busuk, Tetap Busuk

8 Agustus 2020   15:22 Diperbarui: 11 Agustus 2020   10:12 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah kita tidak bisa menikmati kebusukan-kebusukan ini dengan nada serius? Mungkinkah para pengkotbah-pengkotbah itu sudah dalam merasuki diri kalian?

Gunung itu terlihat sangat berkabut, bagiakan manusia-manusia lembut itu ingin bicara, dan carilah apa yang menjadi pencarian hidupmu.

Baling-baling dari bambu mengiasi sawah, ia tidak lari, hanya saja ia terus bergerak walau ruang geraknya sendiri tetap ditempat yang sama.

Kalian-kalian manusia yang terpengaruh, rayuan bebal para dengki, para iri dan para manusia-manusia ganjil di sana, apakah kalian ingin bersekutu dengannya?

Urakan dan menjadi urakan, sepatu yang mulai usang merengek untuk diganti, namun pergantian selalu saja ada yang akan dikorbankan. Karet-karet kabahagiaan yang melekat tetapi terlalu sulit lekat itu dilepas, bagaikan rel kereta yang tetap menjadi jalur yang sama.

Apakah kalian-kalian manusia yang gila akan kebahagiaan? Gila akan kehendak besar sebagai tujuan hidup?

Dan gila akan sesuatu yang harus menjadi milik kalian? Sudahkan jangan pernah tergila-gila pada kehidupan yang busuk ini. Kalian para manusia-manusia terdegradasi, aku ingin menyambut kalian dengan karya-karya. Bawasanya hidup hanya dijalani tanpa konsep, berdasar apa kehendak struktural yang ada didalam organisasinya sendiri.

Gejolak, seperti tertahan, dalam lamunan ini, aku ajarkan kepadamu, keheningan ini melaju bagai api yang tersiram air. Kehedak untuk mencacati, mengapa ketersinggungan itu menjadi bingkai dalam setiap kehidupan ini?

Lambaian tangan untuk tetap mengarah, melaju, bahkan menjadi tanpa jejak untuk terketahui suatu saat nanti. Sepertinya ilalang itu akan terus menghijau bagai endapan air yang menciptakan genangan ketika musim hujan datang.

Sengaja dengan sengaja aku ini berkata-kata pada gerangan setiap sore hari tiba. Kebun-kebunku bawalah aku dalam duniamu kali ini. Kadang kala aku pun muak dengan semua ini--muak dengan segala gejolak batin yang ada, mengapa? Apakah manusia diciptakan untuk menggejolaki dirinya dengan pikirannya sendiri?

Hijaunya padi di belakang rumah tua itu, matahari yang sebentar lagi akan tenggelam, tetapi panas yang tidak berkesudahan. Apakah dunia sebentar lagi akan berhenti?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun