Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Rinasih: Wanita Bijaksana Itu

7 Agustus 2020   19:44 Diperbarui: 8 Agustus 2020   23:20 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentang rinasih yang kini menjadi anak yatim, pernah membuat story disatus WA (Whatss Up), ia mengirimkan doa untuk ibunya yang telah meninggalkannya. Prio sendiri juga membaca itu dan ikut mendoakan agar ibu Rinasih tenang di alam sana. Prio berpikir: seorang anak jika ditinggal oleh ibunya, ia akan menjadi anak yang kuat dan bijaksana, begitupun dengan Rinasih yang menjadi kuat hidupnya karena ditinggal oleh ibunya sejak kecil.

Prio bertanya pada Rinasih diwaktu duduk berdua; "Ibumu sudah lama meninggal dan kamu selama ini tinggal dengan siapa? Rinasih:  "aku tinggal dengan bapak-ku" Prio: "dimana bapakmu ketika itu, kami sedang berkunjung ke rumahmu? Rinasih: "Bapaku sedang ke-Jogja"

Prio dengan segenap intuisi yang ia miliki, ia seperti menduga bahwa; kata "berat" yang diungkapkan Rinasih: "Bapaknya sedang ke Jogja" seperti ada yang ditutupi dari Rinasih. Ya mungkin ia berbohong untuk sesuatu yang harus tidak orang lain mengerti dari hidupnya. Tentang ketidak sempurnaan keluarganya, mungkin sesuatu itu yang terus akan ditutupi oleh Rinasih untuk orang lain termasuk Prio.

Dan Prio-pun tahu bahwa; ketika pembicaraan itu dilanjutkan itu  bukan saja menghabisakan energi dari dirinya tentang pertanyaan yang riskan untuk ditanyakan kepada Rinasih. Sepertinya berdiam tanpa berbicara adalah jawaban dari enggannya sikap terbuka pada pembicaraan itu. Rinasih sangat menjaga privasi tentang informasi  hidupnya kepada orang lain, yang ia sendiri belum percaya terhadap orang itu.

Kembali kepada titik ketidak sempurnaan manusia. Mungkin tidak ada kehidupan sempurna, karena pada akhirnya semua orang ingin diterima oleh dirinya sendiri. Begitupun Rinasih dengan riwayat keluarga yang mungkin ia belum terima dengan kenyataan itu yang mendapati ia harus mempunyai ibu tiri dan banyak saudara tiri.

Tetapi apa, rasa tidak terima pun akhirnya akan menjadi merasa terus tidak terima.perasaan tidak terima itu akan terus mengedap akhirnya menjadi yang dianggap sebagai "aib" yang tidak harus dibagikan ke semua orang. Rinasih masih terkukung pada tembok besar itu, tidak semua orang dibagikan informasi terdalam hidupnya termasuk masalah apa yang ada dalam keluarganya.

Oleh karena itu, Rinasih sebenarnya pun juga sama manusia meskipun orang-orang disekitarnya menganggap ia adalah wanita yang bijkasana dengan keceriaan dan senyum yang tidak berhenti dalam bibirnya, mencoba mempengaruhi kepositifan energinya untuk dibagikan pada orang-orang sekitarnya dilingkungan kantor.

Rinasih yang juga ingin dimengerti oleh orang lain, maka dari itu Prio seperti paham ketika ia harus berbohong untuk menutupi apa yang dianggpnya sebagai "aib" bagi dirinya--- jika harus dibagi untuk orang-orang disekitarnya. Karena ia sendiri tidak mau terganggu dengan orang lain tentang apa yang terjadi di dalam waktu kehidupannya.

Mungkin yang saat ini sedang dipelajari Rinasih: "Hidup manusia memang tidak akan pernah sempurna", terkadang kelahiran sebagai manusia-pun kita tidak dapat memilihnya. Semua sudah terlahir begini adanya, dan apakah yang harus tersesali sebagai manusia itu?

Rinasih harus belajar banyak menjadi manusia, setidaknya ia harus bebas dengan sesuatu akan pikriannya tersebut bahwa; "ketika manusia sempurna kehidupannya, apakah manusia sendiri akan benar-benar hidup didalam kesempurnaan itu? Bukankah dengan hidup yang datar tanpa beban sandungan didalamnya, membuat kebijaksanaan dari hidup mandeg tanpa adanya pembelajaran-pembelajaran baru dalam hidup manusia?     

****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun