Jadi bagimana aktivitas-aktivitas reproduktif (sex) ini dapat terus menjadi sebuah aktivitas biasa, jikalau moralitas, norma-norma, bahakan kepatuatan sosial menjadi penghambatnya?Â
Tentang gairah sendiri dan pengejaran pada sisi rasio yang cenderung akomodatif kebutuhan ekonomi, kerja, uang dan harapan mengikis keadaan alamiah manusia diabad 21 yang ingin melampaui realitas kebutuhan alamiahnya sendiri.
Mereka cenderung urung melakukan hubungan reproduktif karena alasan moralitas dan ketika ia akan melakukakannya tanpa pernikahan yang sah.Â
Karena mereka tetap dikukung oleh ideologinya sendiri dengan suatu keadaan yang sangat berdosa berpegang pada ajaran moralitas umum saat ini. Namun alternatif-alternatif hidup seperti telah menjadi wacana baru tanpa tidakan.
Jika memang manusia enggan melahirkan manusia karena alasan reproduktif, mengapa ia rela sendiri dalam kesepian mengekang hasrat melakukan hubungan reproduksi (Sex)? Mungkin sebenarnya manusia abad ke-21 yang sadar norma-norma dan kultural itu---- munafik menyadari hasratnya yang butuh terfasilitasi?
Abad ke- 21 dengan segudang kesibukan manusia-manusia mencari nikmat dari pekerjaan dan uang untuk membeli sesuatu. Jelas hidup manusia saat ini mediskriminasi hidup secara alamiah yang justru menjadi bahan pemikiran kedua bukan priorotas utama dalam menjalani hidup.
Atau dengan latar belakang pendidikan, pengetahuan akan kenikmatan akan barang dan jasa atas akses uang. Juga norma-norma moralitas bahkan kultural tabiat dosa sendiri yang bercokol pada ideologinya.Â
Menjadikan manusia-manusia abad 21 terkumpul sebagai manusia pemikir yang sedang menggejala pemuda dan pemudi saat ini akan langgeng kedepan. Lalu mempinggirkan hal-hal alamiah yang harus mereka lakukan sebagai pengisi hidup yang hakiki system reproduksi manusia.
Generasi penantang merupakan nama yang harus disematkan pada zaman abad ke-21 ini. Tantangan itu yakni bentuk-bentuk dari kehidupan yang secara alamaih dari reproduksi lebih meninggi. Sebab semakin banyak orang menundanya atas rasionalitas. Punya atau tidak punya daya beli menyokong reproduksi, mampu atau tidak mampu menajalani aktivitas reproduksi, adalah bagian tertunda sisi alamiah manusia abad ini.
Namun punya atau mampu jika itu menjadi ukuran, obat-obat anti hamil itu banyak dipasaran, mengapa hidup cenderung dikekang terhadap hal-hal yang alamiah? Mungkinkah diabad ke 21 ini manusia kehilangan gairah untuk hidup bersama, yang mereka masih nyaman dengan keluarga leluhurnya, tidak membangun keluarga sendiri, setidaknya untuk tujuan berasmara dalam balutan alamiah reproduksi antara lelaki dan perempuan abad ke-21?
"Seperti telah menjadi masalah baru dalam moderitas yang semakin kompleks. Persepsi ledakan penduduk mungkin adalah gejala-gejalan itu. Tetapi jika dibandingkan dengan abad-abad sebelumnya, semakin bertambahnya penduduk justru semakin kemakmuran itu terlihat tidak disadari banyak manusia".