Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kehendak Melampaui Reproduksi

4 Agustus 2020   23:50 Diperbarui: 9 Agustus 2020   00:23 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: stompoutmalaria.org

Sebab hidup saat ini disuguhkan imajinasi yang hebat dan mempesona untuk "hidup" lebih dalam memfokuskan diri menununggu waktu. Andai saja, semua berusaha kesana---- kedalam imajinasinya sendiri yang mereka akan tuju secara alamiah yang tidak dibebankan pada sesuatu itu.

Karena bagian terdasar sudah mulai terlupakan. Bahkan pengaruhnya sendiri sangat membuat cengang. Entah manusia akan berpikir apa lagi untuk mempengaruhi hidup. 

Supaya jauh lebih baik sebagai bagian dari menyongsong masa depannya sendiri. Memang menikah adalah resiko dari masih tebalnya kultural masyarakat kita dimana reproduksi harus berawal dari sana.

Yang tertinggal dari kultural-kultural itu. Tentu bagaiamana keberanian manusia untuk tidak meredam hasratnya. Menikah yang menjadi sebab pembelengu atau setiap kecemasan dari setiap apa yang menyangkut pemenuhan-pemenuhan ekonomi sangat tidak berimbang. 

Mungkinkah separuh dari pemuda adalah generasi pemikir yang enggan melangkah dalam hubungan untuk melanggekan spesies dalam reproduksi pernikahan?

Suatu yang sudah menjadi gelaran cerita yang terbalik. Pemuda-pemudi kini di abad ke-21, merupakan pemuda-pemudi yang dilahirkan juga dari pemuda di abad sebelumnya ingin melampuai realitasnya. Tetapi cerita dari orang tua penjual Nasi Rames depan kantor saya dengan segenap perjuangannya mengikuti perkembangan dunia melalui ekonomi.

Tidak di Kota atau Desa. Dahulu kata orang tua yang sedang berjuang untuk pemenuhan kebutuhan keluarganya dengan lantang berkata "miris" terhadap generasi saat ini yang banyak menimbang.

Penjual Nasi Rames itu berkata: "Saya dahulu menikah tanpa pertimbangan. Asal sudah sama-sama mau kita jalani. Keputusan apapun tentang ekonomi dan sebagaianya. 

Kita bicarakan nanti antara suami dan istri. Berjuang dalam tugas bersama-sama. Ya sudahlah, hidup ya dijalani saja. Toh, nanti rejeki dari hidup juga menyusul sendiri, jangan pernah takut tidak ada rejeki".

Karena sebenarnya dalam penundaan atau ketakutan mengakhiri masa lajang, apakah manusia diabad ke- 21 merupakan kumpulan dari orang-orang matang, rasional, dan tidak diburu waktu? 

Tentu jika semua benar, mengapa hasrat sendiri harus direpresi pada kuktural moral yang justru manusia seperti kehinaan pada upaya reproduksi spesiesnya sendiri? Cenderung enggan melakukan hubungan reproduksi pada saat belum terpenuhinya upaya pernikahan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun