Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jodoh: Tragedi dan Peliknya Drama Pendekatan

29 Juli 2020   00:25 Diperbarui: 29 Juli 2020   15:59 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: loop.co.id

Kembali lagi jika itu sebuah pra syarat dari cinta, apa mau dikata? Tidak lebih kita harus dengan sukarela membangun narasi kisah percintaan kita sesuai dengan fiksi yang dianggap nyata itu. Membangun pendekatan yang efektif, serta menyehatkan diri bahwa; dalam mendekati wanita atau sebaliknya-- wanita mendekati pria harus benar-benar total tanpa adanya keminderan hati untuk lepas dari drama dan tragedi.

Sebab kita adalah mahluk yang sama-sama butuh antara satu dengan lainnya. Jika memang gayung sudah bersambut, lanjutkan dan jangan pernah tanggung.

Mengapa menyambut percintaan harus demikian dalam pendekatan? Sebagai obyek percintaan tersebut rela berfiksi dalam perjuangan mencapai cinta?

Apakah memang harus sedemikian hebatnya? Memang usaha yang setengah akan mendapatkan hasil yang setengah pula. Begitupun narasi kisah cinta manusia. Tetapi cinta tetaplah cinta jika kita terus mengusahakannya selama masih menjadi manusia.

Dalam wacana memandang cinta seorang manusia memang tidak sederhana. Tentu tidak seperti dua ekor ayam jantan dan ayam betina yang berkejaran begitu saja lalu "jadi": "melakukan hubungan sexsual, kemudian bertelur, beranak pinak, setelahnya reprokusi kembali.

Inilah manusia dengan segala kompleksitas pemikiraanya. Bahkan ketika dalam pendekatan mendekati lawan jenis sendiri, tidak klik satu sama lain dan sama-sama mau hidup bersama atau mencoba menjalani hubungan, ia tidak akan pernah jalan menjadi hubungan cinta.

Sebab dalam manusia memandang "cinta" banyak sekali latar belakang yang mempengaruhi wacananya. Tidak lain adalah wancana pemikirannya sendiri. Ketika kriteria ideal menjadi tumpuan, setiap manusia ingin selalu memilih apa yang menurutnya sebagai ideal itu. Karena cinta pun sebenarnya sama, ia adalah bayangan nyata dari para penafsirnya.

Tetapi bagaimana dengan sempitnya pilihan lalu ungkapan menyerah pada pencarian akan cinta manusia? Inilah saat-saat yang berbicara. Percaya atau tidak percaya sesuatu itu pada masanya akan menemukan sosok yang ideal "jodoh".

Dimana jika dari banyaknya manusia tidak ada satupun yang jodoh dengan kita, rasanya hidup seperti sebuah pertanyaan; apakah kita benar-benar akan menjadi pertapa di dunia tanpa cinta di dunia? Melanglang buana tanpa tahu untuk apa alasan pulang dan untuk apa alasan berangkat seperti pengelana jagad raya ini.

Istilah "jodoh" sendiri yaitu suatu keadaan dalam ketertarikan yang sama atau mempunyai vibrasi yang sama antara lawan jenis. Bawasanya sering dijumpai, bila seseorang memang tidak tertarik, ia akan dengan sendirinya tidak merespon kita, sebagaimana yang dijelaskan dari ungkapan gayung bersambut tersebut.

Maka ketika manusia lain atau lawan jenis yang kita anggap ideal sudah jodoh, ditambah gayung itu tersambut walaupun dengan kesangsian perjuangan kita mendekatinya. Itu merupakan awal dari perjuangan cinta yang tidak boleh ditawar dan jangan pernah tanggung untuk memperjuangkannya harus secara total.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun