Karena pada dasarnya, mereka tetap butuh uang dari mereka bekerja untuk membeli sesuatu yang ingin mereka beli? Ataukah jika pun tetap melakukan titah sebagai sosialis murni didalam masyarakat kapitalis, tidak berontak dari segi pemikiran, toh apa yang dibutuhkan mereka yakni tetap kebutuhan dasar membeli sesuatu?
Membeli untuk berproduksi, sebab didalam produksi tersebut untuk menciptakan nilai lebih, dan nilai lebih tersebut, merupakan nilai dari keuntungan hidup "mudah" dalam menjalani kehidupan berperadaban diabad ke-21 ini yang kapitalistik bukan sosialistik.Â
Perolehan uang sendiri, serta keguanaan dalam belanja menggunakan uang, semua harus menjadi hal yang terpenuhi oleh siapaun dengan latar belakang ideologi apapun, termasuk orang-orang yang mengedepankan surga tetapi karena mereka masih hidup didunia, mereka juga harus membeli dengan uang mereka dari hasli produksi mereka sendiri, sebagai akomodasi kebutuhan hidup.
Maka menjalani peradaban hidup dengan dasar dari pemikiran tetap akan memunculkan rasa sinis terhadap apa yang menjadi kekurangan diri manusia.Â
Masyarakat kapitalis tentu mengarah kepada masyarakat liberal yang bebas, selama ia mau berusaha disana, ia akan mendapatkan hasil. Tetapi dalam bentuk usaha apapun, hasilnya tersebut bukankah untuk membuat kenyang perutnya yang lapar?Â
Mungkinkah setiap manusia tidak akan merasa lapar, terkadang jikalau hasrat itu ingin dikuti secara terus-menerus sebagai manusia, bukankah akan terus merasa kurang dan selalu kurang?
Saat semua dipikir dan disadari, ungkapan dari hal-hal yang membandingkan, jelas yang dibandingkan adalah apa yang tidak dirasakannya sebagai apa yang menjadi fasilitas hidupnya, seperti perbandingan-perbandingan beban berproduksi atau setiap keuntungan dari produksi tersebut bila dipikir.Â
Tentu ini adalah peradaban liberal kapitalis, tetapi dalam berwacana sendiri justru paradoks, manusia saat ini inginnya berpikir sosialis.
Untuk itu jika kehendak dari ideologi ini tidak melentur menjadi liberal yang dasarnya adalah kapitalistik, manusia akan menjadi seorang yang mentalitasnya miskin, salah satu contohnya adalah hasrat sosialis yang sebenarnya manusia tidak benar-benar dapat mengimplementasikan sesuatunya dengan cara kebersamaan, jika prinsip-prinsip keadilan tidak dapat dilaksanakan.Â
Justru dengan berpikir adil, tidak ada ungkapan yang benar-benar baku sebagai keadilan. Sebab keadilan sendiri merupakan proyeksi semu dari upaya kesadaran bersama.Â
Namun dasar dari sikap kapitalistik tersebut yang ingin beruntung, ataupun sosialistik yang menanggalkan kepentingan  pribadi, keduanya tidak akan pernah memberikan suatu keadilan yang disepakati bersama. Karena keadilan lahir bukan dari pemikiran manusia melainkan melalui perasaan atau moralitas kepatutan dasar sebagai manusia yang bermasyarakat.