Masa kita indah waktu itu, cerah seperti hari Jumat dan Sabtu yang ditunggu banyak karyawan disana. Cerita visi, organisasi, dan semangat pantang menyerah walaupun "kopong" tanpa isi.Â
Aku tertawa mengingat itu. Musik instrumental yang sama, mengumbar kenangan, saat ingin tenang bersama angin malam di teras Homebase sebagai tempat singgah dalam pekerjaanku.
Sudah beberapa tahun kita berlalu, mungkin dunia belum mempertemukan dimana tempat kita, aku harap kalian menemukan tempat dimana kalian ingin berada, tempat kalian menggantungkan harapan dan cita-cita kalian di hari depan.Â
Aku kini bersama tulisan-tulisanku, untuk bagaimana kisah kita tetap ada, tetap menyala, walapun kusut dimakan jaman. Meski semua akan usang terlihat pada akhirnya, biarlah mereka menjadi milik mereka, dan kita menjadi milik kita seutuhnya
Nasib seperti kesesuaian, dia menyesuiakan bagaimana orang itu, hitung-hitungan, merebut waktu, dan memberdel apapun bentuk kepesimisan diri manusia
Dia yang melambat di ujung waktu, di ujung dimana semangat tetap menyala, kini semua itu mulai reda, tidak lagi ambisius. Saat kami menghendaki jalan-jalan sepi, pasar kerja mulai memilih, dan aku berjuang dengan tiarap, dengan suka, beribu-ribu derita dalam pikiranku.
Aku berpikir, "Aku" tetaplah masih orang yang sama, seperti musik instrumental relaxing yang sedang aku dengarkan ini, "membuat terperangah".
Dalam bayangannya, aku seperti diterjang jiwa yang pecah. Dimana keterbagian seakan lebih dominan. Dia cepat tertawa, dan dia pula akan cepat untuk menjadi cemas. Tentang yang menjadi kekhawatiran adalah suatu kesemuan, aku bersama diriku yang lelah malam ini.
Seakan duniaku ingin pecah kali ini, dia terbagi menjadi kecemasan yang berlangsung. Berpikir dan merasa. Andai semua dapat terlpaskan begitu saja. Aku sedang membayangkan asap-asap kedamaian itu dibalik polusi ibu kota yang sedang aku hirup saat ini.
Minuman-minuman anker terpajang yang membuat lupa daratan.Terkadang aku ingin mengutuk rokok yang mahal saat ini. Aku juga ingin mengeluh bir yang juga mahal, dan sulit di dapat abad ini.
Saat lelah menerjang, sebenarnya aku hidup ini untuk apa? Kerja dan uang, aku mengkhawatirkan waktu. Kemudian aku tahan untuk terlalu boros dengan uang mengingat besok pagi.