Apakah aku terlena dengan masa depan? Masa laluku yang bersih, apakah ingin aku kotori engkau dengan apa yang kurang di masa depanku nanti, termasuk mengabiskan semua uang untuk segala bentuk kepuasan-kepuasan membayar hiburan hidup ini?
Hujan yang turun, seakan hinggap pada negatifnya tubuhku ini yang sedang menunggu sarana sebagai jalan pulang. Mungkin penyakit psikologis sedang menyerangku. Aku tidak bisa menikmati hawa tenang dalam diriku.
Ilusi-ilusi yang aku ciptakan, akankah ia menjawab rasa gelisahku ini? Lelah dalam tuntutan hidup ini. Menjadi dingin, meyeruak kedalam tulang sum-sum. Kilat dan suara petir, menciptakan ketakutan yang beragam.
Aku, "aku" takut pada rasa fluktuasi diriku. Rasa yang memanggil menjadi kekalutan yang tertanam rapi. Rasanya aku ingin tenang namun ilusi menciptakan ketidaktenangan dimasa depan. Aku menjadi sayang membeli asap kedamaian dan minuman yang membuat lupa daratan.
Sudahlah, seakan logika ini ada dalam hitung-hitungan waktu yang belum ada. Ia mendorong diriku untuk punya, aku harus punya ini, aku juga harus punya itu. Namun kenyataanku masih diam, tanpa kata, hanya menikmati tubuh ini sendiri saja.
Dengan pusingnya kepala ini dalam kediamannya. Juga berpikir dalam imajinasi-imajinasinya. Mungkinkah ini akan menjadi selsai? Tidak, aku harus bekerja keras memperbaiki setiap perubahan mood ini.
Persetan dengan apa yang aku tananam saat ini. Terlebih aku hanya ingin diam tanpa gelora harapan. Kepribadian yang aneh, yang nyata, seakan manusia bertarung setiap saat dengan moodnya sendiri sebagai manusia.
Menjadi pecah lagi, dengan ketiadaan, aku ingin berselancar menuju awan-awan disana. Menikmati imaji keindahan yang mungkin masih tersisa dalam bak sampah tubuh ini.
Aku ingin mendengarkan musik yang tenang. Karena hanya musik hiburan yang murah bahkan bisa dinikamti secara gratis. Apa mungkin aku habiskan saja uang yang aku cari setengah mati ini, untuk beli asap dan air kedamaian?
Lupakanlah semua itu, jangan manja, dan sembuhkanlah dirimu sebisamu. Kalau bisa sembuhkan, tanpa membuat penyesalan dalam hidupmu di lain hari. Ah, hidup dengan kontradiksi memang melelahkan. Begitu menjadi sangat lelah, hari-hari manusia sangat aneh!
Aku harus mulai menyembuhkannya dengan musik. "Jiwaku tenanglah engkau, tenanglah, bayangkanlah indahnya alunan musik dalam ketradisionalan". Kecapi itu, seperti gundukan ketiadaan, engkau dan aku, pasati akan merasa tiada.